Aisyah dan para pedagang makanan-minuman di Stasiun Depok, umumnya mulai menggelar dagangan sejak pukul 15.30 WIB. Artinya, jam berjualan langsung berubah, materi dagangan berubah, mengikuti ritme konsumen. Bukan hanya berubah.
Daud, misalnya. Pada hari-hari biasa, pria itu berdagang minuman susu jahe merah. Begitu masuk Ramadan, ia mengganti dagangannya menjadi Bubur Sumsum Candil. “Susu jahe merah kan cocoknya untuk pagi hari, untuk menghangatkan badan. Kalau Ramadan kan orang maunya berbuka dengan yang manis-manis dan dingin,” ungkap Daud sembari melayani pembeli.
Secara posisi, Stasiun Depok agak menjorok ke dalam, dari Jalan Kartini yang menjadi jalan utama. Jalan yang menjorok itu bernama Jalan Stasiun, sepanjang sekitar 300 meter. Nah, di sepanjang kiri-kanan Jalan Stasiun itulah berdiri beragam kios serta tenda dan gerobak para pedagang.
Boleh dibilang, mereka adalah pedagang permanen, yang dengan luwes meng-upgrade dagangan, begitu memasuki Ramadan. Selain Daud, yang mengganti dagangannya menjadi Bubur Sumsum Candil, ada juga yang mengambil langkah serupa.
BACA JUGA:
Kampoeng Ramadhan Hadir di Depok
Ada pedagang gorengan, yang beralih menjadi penjual ikan basah, seperti ikan tongkol, kerang hijau, dan cumi-cumi. Ada juga penjual kue, yang pada Ramadan ini menjual ayam potong. Dengan kata lain, para pedagang di Stasiun Depok, berupaya merespon Ramadan dengan strategi masing-masing, agar tetap mendapatkan cuan.
Editor : M Mahfud