Selain harus menghadapi siswa bermasalah, perilaku kasar dari orangtua juga telah menyebabkan penurunan otonomi dan kekuasaan pengambilan keputusan para guru, karena semakin banyak orangtua yang menjadi lebih protektif terhadap anak-anak mereka, demikian juga yang mereka tambahkan.
Terkadang, orangtua mengajukan keluhan atau bahkan menggugat guru karena mencela anak-anak mereka, dengan klaim bahwa guru tersebut telah melakukan "penyiksaan emosional" dengan membuat komentar yang "kasar" atau "mempermalukan". Dalam kebanyakan kasus, guru akhirnya meminta maaf kepada orangtua dan siswa, dan berusaha meminimalkan kontak mereka dengan siswa sebisa mungkin.
Pekerjaan yang sebelumnya telah menjadi "pekerjaan terhormat sepanjang hayat" kini telah menjadi mimpi buruk bagi banyak guru.
Menurut data yang dirilis oleh Anggota Parlemen Kwon Eun-hee dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa dan anggota Komite Pendidikan Dewan Nasional, 589 guru dengan pengalaman kurang dari lima tahun meninggalkan pekerjaan dari Maret 2022 hingga April 2023, hampir dua kali lipat dari 303 pada tahun 2021, dengan tuduhan palsu tentang kasus kekerasan terhadap anak dan keluhan yang diajukan oleh orangtua menjadi alasan utama.
Editor : M Mahfud