Kiai Abdul Wahab menyusuri Kali Progo menuju kawasan Sentolo, Godean, Borobudur, Bandongan, Secang Temanggung, hingga singgah di kawasan Parakan. Selanjutnya, keluarga Kiai Abdul Wahab menetap di Parakan yang dikenal sebagai tempat menggembleng santri.
Dari Parakan, Kiai Abdul Wahab menyiapkan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang masih terus mengejar sisa pengikut Pangeran Diponegoro.
Kiai Subchi lahir di masa perjuangan melawan Belanda. Saat mengandung, sang ibunda mengungsi dari kejaran pasukan Belanda. Semasa kecil, beliai dididik oleh orang tuanya dengan tradisi pesantren yang sangat kental.
Subchi kecil kemudian ikut menjadi santri di Pesantren Sumolangu yang diasuh oleh Syekh Abdurrahman Sumolangu. Selama nyantri, Subchi tumbuh menjadi pemuda dengan kepribadian kuat dengan penguasaan ilmu agama hingga pergerakan kebangsaan.
Parakan, kota kecil di Temanggung, tempat kelahiran Kiai Subchi, menjadi salah satu basis perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Temanggung sendiri dikenal sebagai basis pergerakan Sarekat Islam (SI).
Para santri yang tinggal di Parakan, menjadi tulang punggung kaderisasi SI. Parakan juga pernah menjadi tempat diselenggarakan Kongres Sarekat Islam, yang dihadiri oleh HOS Tjokroaminoto.
Mengutip buku Temanggung: Dewan Harian Cabang 2008 karya Husni Thamrin, pada 1913, anggota Sarekat Islam di Parakan, berjumlah 3.769 orang. Cabang SI Temanggung dibuka pada 1915, dengan jumlah anggota 4.507 orang.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani