Sementara berdasarkan studi sebelumnya telah menemukan hubungan antara kesepian dan makan yang tidak sehat. Termasuk di antaranya mengonsumsi minuman manis yang lebih tinggi dan makanan yang kaya gula dan lemak.
Para peneliti menggunakan data dari HUNT. Basis data ini berisi informasi kesehatan (dari kuesioner yang dilaporkan sendiri, pemeriksaan medis, dan sampel darah) lebih dari 230.000 orang dan diperoleh melalui empat survei populasi yaitu HUNT1 (1984-1986), HUNT2 (1995-1997), HUNT3 (2006- 2008) dan HUNT4 (2017-2019).
Informasi dasar untuk 24.024 peserta diambil dari HUNT2 setelah mengecualikan individu dengan gangguan metabolisme, diabetes tipe 1 dan tipe 2 dan mereka yang data tes darahnya tidak tersedia.
Status T2D adalah variabel hasil utama dan didasarkan pada HbA1c (hemoglobin terglikasi - ukuran kontrol gula darah jangka panjang) lebih besar dari 48 mmol/mol ketika diukur dalam survei HUNT4.
Kesepian diukur dari survei data HUNT2 apakah mereka merasa kesepian selama 2 minggu sebelumnya dan diukur pada skala empat poin (tidak, sedikit, cukup dan sangat banyak).
Tingkat keparahan gejala depresi dinilai menggunakan kuesioner yang diisi selama HUNT3 yang terdiri dari 7 pertanyaan, masing-masing diberi skor pada skala 0-3 dengan total 0-21 poin, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan gejala yang lebih parah.
Selanjutnya, individu dengan insomnia diidentifikasi berdasarkan jawaban mereka atas pertanyaan ‘Seberapa sering dalam 3 bulan terakhir Anda ‘sulit tidur di malam hari', 'terbangun berulang kali di malam hari' dan 'bangun terlalu dini dan tidak bisa kembali tidur'.
Pertanyaan tersebut ditanyakan sebagai bagian dari HUNT3 dan peserta dapat memilih salah satu dari tiga jawaban: 'tidak pernah atau jarang', 'kadang-kadang' dan 'beberapa kali seminggu'.
Dari 24.024 orang, sebanyak 1.179 (4,9 persen) mengembangkan diabetes tipe 2 selama penelitian (1995-2019). Mereka cenderung laki-laki (59 persen vs 44 persen) dan memiliki usia rata-rata lebih tinggi (48 tahun vs 43 tahun) dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes tipe 2.
Selain itu, mereka juga lebih mungkin untuk menikah (73 persen vs 68 persen) dan memiliki tingkat pendidikan terendah (35 persen vs 23 persen). Perasaan kesepian dilaporkan oleh 13 persen peserta.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani