DEPOK, iNewsDepok.id – Kerajaan di Sunda (Jawa Barat) menganut filosofi Tri Tangtu Di Buana. Filosofi ini diyakini menjadi penyebab kerajaan-kerajaan di Sunda (Jawa Barat) jarang sekali terjadi perang internal berdarah seperti terjadi di sejumlah daerah lain.
Filosofi Tri Tangtu Di Buana dinilai sebagai peradaban tinggi milik kerajaan di Sunda yang membuat kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi lebih selaras dan harmonis.
Filosofi Tri Tangtu Di Buana ada bagian kemiripan dengan ajaran pemikir politik Prancis Montesquieu tentang pembagian kekuasan Trias Polica, tetapi telah ada jauh sebelumnya.
Wapres RI ke-6 Tri Sutrisno dalam seminar Tri Tantu Di Buana. Foto: M Mahfud/iNewsDepok.id
Filosofi Tri Tangtu Di Buana diseminarkan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok. Seminar berlangsung Kamis sore (6/10/2022).
Seminar menampilkan 4 narasumber utama yaitu Prof Dr Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Alfonsus Sutarno, SAg, Lic.Th dari FISIP UI, Dr H Yat Rospia Brata, MSi (Universitas Galuh), dan Ilham Purwa F, SP, MP (Universitas Galuh).
Seminar dihadiri Wakil Presiden RI-6 Try Sutrisno, Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr Karjono, Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Brigjen Pol Purn AA Mapparessa, dan Raja Galuh Hanif Radinal.
Dua dekan UI juga hadir langsung yaitu DEKAN Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Dr Bondan Kanumoyoso, M.Hum dan Dekan FISIP UI Prof Dr Drs Semiarto Aji Purwanto, MSi. Dua dekan UI tersebut menyimak paparan narasumber dari awal hingga akhir.
Tri Tangtu Di Buana berisi trilogi Rama (legislatif), Ratu (eksekutif), dan Resi (yudikatif).
Filosofi Tri Tangtu Di Buana ini sudah ada jauh sebelum teori pembangian kekuasaan Montesquieu diajarkan. Ini karena Montesquieu hidup pada abad 18. Sementara kerajaan-kerajaan di Sunda sudah ada jauh sebelumnya.
Editor : Mahfud