get app
inews
Aa
Read Next : Teguh Onoh Caleg Perindo Dapil BCL Usung Perubahan untuk Pacu Kemajuan Kota Depok

Ini Penyebab Kerajaan di Sunda Jarang Terjadi Perang Internal Berdarah, Filosofi Tri Tangtu Di Buana

Jum'at, 07 Oktober 2022 | 13:11 WIB
header img
Filosofi Tri Tangtu Di Buana dinilai sebagai peradaban tinggi milik kerajaan di Sunda yang membuat kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi selaras dan harmonis. Konflik internal berdarah pun jarang terjadi. Foto: Mada Mahfud/iNews Depok.

DEPOK, iNewsDepok.idKerajaan di Sunda (Jawa Barat) menganut filosofi Tri Tangtu Di Buana. Filosofi ini diyakini menjadi penyebab kerajaan-kerajaan di Sunda (Jawa Barat) jarang sekali terjadi perang internal berdarah seperti terjadi di sejumlah daerah lain.

Filosofi Tri Tangtu Di Buana dinilai sebagai peradaban tinggi milik kerajaan di Sunda yang membuat kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi lebih selaras dan harmonis.

Filosofi Tri Tangtu Di Buana ada bagian kemiripan dengan ajaran pemikir politik Prancis Montesquieu tentang pembagian kekuasan Trias Polica, tetapi telah ada jauh sebelumnya.


Wapres RI ke-6 Tri Sutrisno dalam seminar Tri Tantu Di Buana. Foto: M Mahfud/iNewsDepok.id
 

Filosofi Tri Tangtu Di Buana diseminarkan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok. Seminar berlangsung Kamis sore (6/10/2022).

Seminar menampilkan 4 narasumber utama yaitu Prof Dr Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI,  Alfonsus Sutarno, SAg, Lic.Th dari FISIP UI,  Dr H Yat Rospia Brata, MSi (Universitas Galuh),  dan Ilham Purwa F, SP, MP (Universitas Galuh).

Seminar dihadiri Wakil Presiden RI-6 Try Sutrisno,  Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr Karjono, Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Brigjen Pol Purn AA Mapparessa, dan Raja Galuh Hanif Radinal.

Dua dekan UI juga hadir langsung yaitu DEKAN Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Dr Bondan Kanumoyoso, M.Hum dan Dekan FISIP UI Prof Dr Drs Semiarto Aji Purwanto, MSi. Dua dekan UI tersebut menyimak paparan narasumber dari awal hingga akhir.

Tri Tangtu Di Buana berisi trilogi Rama (legislatif), Ratu (eksekutif), dan Resi (yudikatif).

Filosofi Tri Tangtu Di Buana ini sudah ada jauh sebelum teori pembangian kekuasaan Montesquieu diajarkan. Ini karena Montesquieu hidup pada abad 18. Sementara kerajaan-kerajaan di Sunda sudah ada jauh sebelumnya.

Kerajaan Galuh di Sunda misalnya hidup pada abad 7-16. Pusat Kerajaan Galuh adalah di Ciamis Jawa Barat.

Prof Dr Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI yakin Tri Tangtu Di Buana membuat kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Kerajaan Sunda sudah harmonis dan selaras.

“Hampir tidak konflik berdarah secara internal di Kerajaan Sunda seperti terjadi di daerah lain,” kata Prof Dr Agus Aris Munandar dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

“Konflik terjadi pada awal kerajaan Sunda Purba, dengan Sanjaya akhirnya memilih mengembara ke timur dengan mendirikan Mataram Kuno. Setelah itu nyaris tidak ada konflik berdarah yang berkepanjangan,” tambahnya.


Narasumber dalam Seminar Budaya Tri Tangtu Di Buana. Foto: M Mahfud/iNews Depok.
 

Konflik yang terjadi selanjutnya bukan konflik internal melainkan serangan dari kerajaan lain di luar kerajaan sunda.

Prof Agus Aris Munandar menilai filosofi Tri Tangtu Di Buana meresap dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Tatar Sunda. “Kehidupan menjadi harmonis, konflik diselesaikan dengan damai,” katanya

Alfonsus Sutarno dari FISIP UI mengungkapkan trilogi memang kental di masyarakat Sunda seperti Tri Tantu Di Buana, Tri Tantu Di Salira atau Pikukuh Tilu. 

“Intinya hubungan dengan Tuhan, alam semesta dan manusia itu sendiri,” kata Alfonsus Sutarno.

“Damai tercipta dalam berbagai hal. Damai dengan diri secara pribadi, sesama manusia, dengan alam semesta dan tentu saja dengan Tuhan,” terang Alfonsus.

Sementara itu Dr H Yat Rospia Brata, MSi menyatakan konflik di kerajaan Sunda selalu ada. Namun konflik yang pelik bisa didamaikan.

“Ketika ada konflik, Resi turun. Kata-kata dari Resi didengarkan semua. Resi itu satu dari trilogi dalam Tri Tangtu Di Buana selain Rama dan Ratu,” jelas Dr H Yat Rospia Brata, MSi.
 

Editor : Mahfud

Follow Berita iNews Depok di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut