“Menjadi challenging bagaimana me-manage anak-anak usia 6-12 tahun ini, memahami secara mental dan fisiknya. Tapi anak-anak ini juga punya semangat yang oke hingga akhirnya bisa,” terang Yudi yang punya passion di budaya Indonesia ini.
“Bersama semua guru-guru, kami buat panitia besar dari mulai penata tari, panggung, kostum, properti, dan lain sebagainya. Sejak dua tahun lalu saat pandemi saya sudah lakukan studi literasi, konsultasi cerita saya ke Wayang Orang Bharata karena kan ini adaptasi. Dipadukan juga dengan kekinian dimana ada dance Korea, baik dari musik dan juga kostum, tapi cerita tetap dapat. Mencampur modern dan tradisional,” jelas Yudi.
Salah satu pemain, siswa kelas 6, Canavaro Azka Dharma Wibawa yang akrab disapa Cano bercerita, ia terpilih sebagai Dalang setelah mengikuti audisi. Sebelumnya, ia tahu tentang Gatotkaca, tapi lebih kenal secara mendalam setelah mengikuti pagelaran ini.
Canavaro Azka Dharma Wibawa (Cano) terpilih sebagai Dalang setelah audisi. Foto: Ist
“Gatotkaca hanya tahu saja, belum pernah baca. Sekarang jadi tahu Gatotkaca dan juga tokoh-tokoh wayang lainnya,” ujar Cano yang hobi nyanyi dan sering ikut lomba public speaking, pidato serta puisi.
“Pagelaran kolosal ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi sekolah-sekolah lain untuk senantiasa mengembangkan minat dan bakat siswa/i terutama dalam melestarikan budaya daerah agar tidak lenyap tertelan zaman. Masyarakat umum juga dapat meresapi keindahan warisan budaya Indonesia dengan menyaksikan pagelaran seni akbar seperti ini,” pungkas Dr. Rifa Ariani, SE, Ak- Direktur Sekolah Global Mandiri.
Editor : M Mahfud