Ia juga mengibarkan bendera miliknya, Arts Production, sebuah event organizer.
“Sebagai generasi muda saya ingin ikut berkiprah membangun Kota Depok,” cetusnya.
Berlatar pendidikan di banyak tempat, Thysi memiliki pandangan yang luas. Ia menerima keberagaman sebagai puzzle kehidupan yang melengkapi satu sama lain.
Orang tuanya adalah arsitek yang kerap mengerjakan proyek di berbagai kota. Ia pun turut dibawa keluarganya melalangbuana di berbagai kota sedari kecil.
Thysi menempuh SD di Malang Jawa Timur, SMP dan SMA di Bali, sedangkan kuliah di Jakarta.
Di SMP ia pernah diajak ke Pure untuk doa bersama supaya satu sekolah lulus semua. “Saya Muslimah, ya meski di Pure, doa saya tetap membaca Bismillah,” cetusnya.
Selanjutnya, ia sekolah di SMA Kristen Harapan Denpasar. Di sekolah ini, tidak ada upacara bendera seperti sekolah pada umumnya. Pada Senin pagi diisi dengan kebaktian.
“Jadi saya ini terbiasa di suatu lingkungan ya nggak sama seperti saya. Dengan segala perbedaan adat budaya dan agama,” ujar Thysi.
Maka tak heran, ia pun tak mempersoalkan jika ada pihak yang tidak setuju dengan langkahnya.
“Saya akan tetap menyalakan lilin di tubuh saya meski angin bertiup,” tekad Thysi mengenai filosofinya sebagai Lilin Kota Depok.
Editor : Mahfud