"Kalau bicara edukasi, kalau kita target secara nominal, saya kira banyak yang nantinya akan tidak tahu dan enggan belajar tentang penyu, karena ada nominal tersebut. Ketika di sini ada yang ingin belajar tentang penyu tidak punya uang, ya bisa juga. Jadi kita memberikan edukasi tidak harus dengan uang," imbuhnya.
Parjiman mengaku, pihak pengelola Pantai Kembar Terpadu siap menerima seluruh lapisan masyarakat yang khususnya antusias ingin mempelajari kehidupan penyu, tanpa mematok tarif.
"Jadi kita akan memberikan edukasi bagaimana kehidupan penyu itu. Mereka yang datang enggak punya uang ya kita layani dan kita beri edukasi dengan lantang dan jelas, yang bawa uang ya sama saja. Kita akan adil membagi ilmu," ujar Parjiman.
"Maka kita tidak terpaku dengan uang. Jika ada yang bertanya tentang biaya, ya silakan di area konservasi dan tempat wisata pantai sudah ada kotak yang disediakan, tanpa dipatok nominal," imbuhnya.
Bicara area konservasi penyu, Parjiman mengaku, sejak dahulu wilayah pesisir pantai Kebumen menjadi salah satu tempat favorit pendaratan penyu untuk bertelur, khususnya di sekitar Pantai Kembar Terpadu. Bahkan sekitar tahun 1990-an, masyarakat pesisir menangkap penyu untuk dimakan dagingnya serta memburu telur-telur penyu.
Bersama warga Desa Tambakmulyo, Kec. Puring, Kebumen, Muji dan Parjiman mengajak masyarakat sekitar untuk melestarikan keberlangsungan hidup penyu melalui wisata konservasi dan edukasi ini.
Pantai Kembar Terpadu Kebumen. Foto: iNews Depok/Tama
Editor : Mahfud