GIANYAR, iNewsDepok.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI menetapkan Tradisi Ngerebeg, Desa Adat Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali sebagai Warisan Budaya TakBenda (WBTB) Indonesia.
“Pengembangan dan pemanfaatannya juga akan menjadi warisan yang sangat berharga bagi generasi penerus nantinya," kata Wakil Bupati Agung Mayun, di sela-sela penyerahan sertifikat di Pura Duur Bingin Desa Adat Tegallalang, Ginayar, Rabu (13/7/2022).
Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun menyerahkan sertifikat penetapan WBTB Indonesia tersebut kepada Bendesa Adat Tegallalang I Made Kumarajaya saat piodalan Pura Duur Bingin Desa Adat Tegallalang, yang bertepatan dengan dilangsungkannya Tradisi Ngerebeg.
Tradisi Ngerebeg, Desa Adat Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda (WBTB) Indonesia. Foto: Antara/iNews.id
Sertifikat penetapan ini ditandatangani Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di Jakarta pada 7 Desember 2021, sebagai bentuk inventarisasi dan perlindungan serta bertujuan memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia.
Agung Mayun mengatakan dengan ditetapkan Tradisi Ngerebeg sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, maka tahapan itu diharapkan bisa menjadi penyemangat dalam melestarikan karya-karya budaya lainnya.
“Dengan telah ditetapkannya Tradisi Ngerebeg sebagai Warisan Budaya Tak Benda, maka Desa Adat Tegallalang bertekad untuk terus menjaga kelestarian dan kesakralan tradisi ini,” kata Bendesa Adat Tegallalang I Made Kumarajaya.
Lantas seperti apa keunikah Tradisi Ngerebeg ini? Menurut Made Kumarajaya, Tradisi Ngerebeg yang merupakan warisan turun temurun ini dilaksanakan sehari menjelang puncak karya piodalan Pura Duur Bingin, Desa Adat Tegalalang yang jatuh enam bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Wraspati Umanis Pahang.
Ritual ini diikuti oleh anak-anak dan remaja, yang wajahnya dihiasi dengan aneka motif menyeramkan. Tepatnya saat prosesi arak-arakan keliling desa sambil membawa berbagai hiasan penjor dari pelepah salak dan pelepah daun jaka atau aren.
“Prosesi ritual Ngerebeg bermakna menetralisir pengaruh negatif dan untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa,” jelas Made Kumarajaya.
Tradisi Ngerebeg tersebut juga sebagai daya tarik wisata sehingga banyak wisatawan mancanegara menyaksikan dan mengabadikan momen tradisi yang identik dengan tubuh warga di cat berwarna-warni itu.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani