Senada, pengamat pendidikan vokasi, Farkhan menjelaskan jika menyandingkan Data Sakernas BPS 2023 dengan Dapodik SMK terungkap bahwa memang terjadi mismatch antara kebutuhan industri dengan apa yang disuplai oleh dunia pendidikan khususnya di pasar terbesar tenaga kerja di level operator yang dipasok lulusan SMA/SMK. Namun stigma bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar pengangguran tidak sepenuhnya benar.
Farkhan mengatakan, kalau dibandingkan dengan SMA yang lulusannya banyak melanjutkan ke pendidikan tinggi, jumlah lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak.
"Jadi kalau data statistik menyebutkan bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar penganggur hal yang wajar, karena secara populasi memang lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak dari SMA," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu, 3 Juli 2024.
Sementara itu Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek yaitu Kiki Yuliati, mengungkapkan bahwa secara nasional memang ada pengangguran, namun angka itu harus dilihat terlebih dahulu. Kemudian dicek untuk lulusan SMK yang dimaksud tahun berapa.
“Jadi begini, bisa ditanyakan kesana , metode yang mereka lakukan itu seperti apa. Itu lulusan SMK tahun berapa? Silahkan ditanya dulu ke situ, baru kita diskusikan kembali lebih detail,” ujar Kiki.
Kiki mengatakan, bahwa perlu menjadi catatan terkait pengangguran tersebut adalah profil ketersediaan lapangan kerja se-Indonesia. Profil ketersediaan lapangan kerja per tahun di Indonesia memang belum pernah muncul. Padahal sangat penting untuk mengetahui seberapa banyak dan kemudian berapa yang dikhususkan untuk tiap lulusan.
“Misal sekian juta itu terdiri dari sekian ratus ribu untuk lulusan ini. Kalau ada itu saya akan senang banget,” ujarnya.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar
Artikel Terkait