Bayu, putra dari Suparyanta, seorang petani, dan Sri Mulyani, seorang ibu rumah tangga, mencari cara untuk dapat menyelesaikan skripsinya secara optimal pada semester 7. Meskipun secara aturan akademik, pada semester 7 mahasiswa seharusnya melakukan KKN dan PKL.
"Saya berpikir bahwa kedua kegiatan tersebut akan menghabiskan banyak waktu yang seharusnya saya gunakan untuk menyelesaikan skripsi. Akhirnya, saya mendapatkan informasi bahwa KKN dan PKL dapat dikonversi dari kegiatan MBKM," jelasnya.
Bayu memilih untuk mengikuti magang MSIB di sebuah start-up dan mengkonversi kegiatan magang ini menjadi PKL dan KKN, sehingga dia dapat fokus pada skripsinya pada semester 7. Bayu menjalani sidang pada awal Februari dan meraih yudisium pada bulan Maret.
Suparyanta dan Sri Mulyani selalu mendukung pilihan-pilihan Bayu, selama dia dapat menjelaskan alasannya, termasuk saat memilih ilmu komunikasi atas keinginannya sendiri.
Meskipun sebagian guru awalnya meragukan pilihan Bayu karena menganggap bahwa jurusan untuk orang dengan disabilitas adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB), namun hal tersebut justru menjadi pemicu bagi Bayu untuk membuktikan bahwa dia dapat diterima di luar PLB.
Bayu, yang berasal dari Sirat, Sidomulyo, Bambanglipuro, mengambil topik skripsinya tentang apakah jingle Pemilu 2024 yang dikeluarkan oleh KPU dapat mempengaruhi dan mendorong Gen-Z untuk menggunakan hak pilihnya.
Selama kuliah, Bayu pernah menjadi juara dalam lomba esai pada tahun 2022 yang diadakan oleh FOMUNY.
"Selain itu, saya juga aktif di UKMF SCREEN periode 2022 dan UKM Magenta tahun 2022-2023," tambahnya.
Bayu berharap agar segera mendapatkan pekerjaan. Bagi sesama difabel, Bayu memberikan pesan agar tidak pernah malu dengan kondisi disabilitas mereka, dan tidak menjadikannya sebagai alasan ketika melakukan kesalahan.
Editor : Sazili Mustofa
Artikel Terkait