JAKARTA, iNewsDepok.id - Kisah inspiratif kali ini berasal dari Bayu Aji Firmansyah, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Meskipun memiliki disabilitas tunanetra, Bayu berhasil menyelesaikan studinya di UNY dalam waktu 3 tahun 7 bulan dan meraih gelar cum laude dengan IPK 3,83.
Prestasi luar biasa ini dicapai oleh Bayu Aji, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik, yang diterima melalui jalur SBMPTN.
"Alasan saya memilih ilmu komunikasi di UNY adalah karena saya menyadari kemampuan saya. Saya tidak yakin bisa diterima di kampus lain jika saya memilih ilmu komunikasi," kata Bayu seperti yang dikutip dari situs web UNY, pada Rabu (5/6/2024).
Bayu mengungkapkan rasa syukurnya karena mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Meskipun sebagian besar dosen di Program Studi Ilmu Komunikasi belum pernah mengajar mahasiswa tunanetra sebelumnya, mereka tetap terbuka dan menerima Bayu sebagai mahasiswa.
Dosen-dosen tersebut dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan Bayu, dan teman-temannya juga bersedia membantu ketika dia mengalami kesulitan.
Sebagai seorang alumni dari SMAN 1 Bambanglipuro Bantul, Bayu menyadari bahwa kemampuan mobilitasnya tidak sebaik disabilitas yang memiliki latar belakang sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
"Saya mengalami kesulitan menghafalkan letak suatu tempat, sehingga saya selalu pergi ke kelas bersama teman. Biasanya kami janjian bertemu di gerbang fakultas," katanya.
Sejak diterima di UNY, Bayu bertekad untuk lulus dalam waktu maksimal 8 semester. Dia juga menerima KIPK yang mencakup biaya kuliah hingga semester 8, sehingga jika belum lulus pada semester 8, dia harus membayar biaya kuliah.
Bayu, putra dari Suparyanta, seorang petani, dan Sri Mulyani, seorang ibu rumah tangga, mencari cara untuk dapat menyelesaikan skripsinya secara optimal pada semester 7. Meskipun secara aturan akademik, pada semester 7 mahasiswa seharusnya melakukan KKN dan PKL.
"Saya berpikir bahwa kedua kegiatan tersebut akan menghabiskan banyak waktu yang seharusnya saya gunakan untuk menyelesaikan skripsi. Akhirnya, saya mendapatkan informasi bahwa KKN dan PKL dapat dikonversi dari kegiatan MBKM," jelasnya.
Bayu memilih untuk mengikuti magang MSIB di sebuah start-up dan mengkonversi kegiatan magang ini menjadi PKL dan KKN, sehingga dia dapat fokus pada skripsinya pada semester 7. Bayu menjalani sidang pada awal Februari dan meraih yudisium pada bulan Maret.
Suparyanta dan Sri Mulyani selalu mendukung pilihan-pilihan Bayu, selama dia dapat menjelaskan alasannya, termasuk saat memilih ilmu komunikasi atas keinginannya sendiri.
Meskipun sebagian guru awalnya meragukan pilihan Bayu karena menganggap bahwa jurusan untuk orang dengan disabilitas adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB), namun hal tersebut justru menjadi pemicu bagi Bayu untuk membuktikan bahwa dia dapat diterima di luar PLB.
Bayu, yang berasal dari Sirat, Sidomulyo, Bambanglipuro, mengambil topik skripsinya tentang apakah jingle Pemilu 2024 yang dikeluarkan oleh KPU dapat mempengaruhi dan mendorong Gen-Z untuk menggunakan hak pilihnya.
Selama kuliah, Bayu pernah menjadi juara dalam lomba esai pada tahun 2022 yang diadakan oleh FOMUNY.
"Selain itu, saya juga aktif di UKMF SCREEN periode 2022 dan UKM Magenta tahun 2022-2023," tambahnya.
Bayu berharap agar segera mendapatkan pekerjaan. Bagi sesama difabel, Bayu memberikan pesan agar tidak pernah malu dengan kondisi disabilitas mereka, dan tidak menjadikannya sebagai alasan ketika melakukan kesalahan.
Editor : Sazili Mustofa
Artikel Terkait