Menurut Kadek, petani muda tertarik untuk terus mengembangkan kakao organik karena nilai ekonomi yang lebih baik. Karena harga yang di atas rata-rata harga konvensional yaitu Rp65 ribu per/kg, ditambah pengembangan yang dilakukan Cau Cokelat mampu meningkatkan produksi organik dari 500kg/ha menjadi 1,5 Ton organik kakao perHa nya.
Tak hanya melihat manisnya bisnis cokelat, delegasi pun mengunjungi BOS Fresh Sayur yang dipelopori oleh AA Gede Agung Wedhatama. AA Gede mengembangkan komunitas petani muda keren, hingga petani mampu memiliki penghasilan Rp10-15 juta per bulannya. Saat ini BOS Fresh Sayur mengembangkan rantai bisnis hingga jaringannya sangat luas tersebar di berbagai wilayah di Bali, hingga memiliki berbagai macam produk dari petani dari kopi, kakao, sayur, stroberi, bawang putih, padi hingga pupuk organik
"Koperasi yang terbangun dari komunitas petani muda memiliki lima nila yaitu '5 K', yaitu kooperatif, komunitas, kolaboratif, kontribusi, dan tidak lupa harus keren," kata Agung.
Antusiasme para peserta ini terlihat jelas ketika sesi tanya jawab dan diskusi terkait kiat dan strategi penumbuhan agriculture millenial leader Indonesia.
Bagaimana mereka mendapatkan semangat di tengah persaingan usaha yang sangat kompetitif serta sejauh mana dukungan pemerintah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif sehingga pertanian Indonesia dapat tumbuh dengan baik.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait