Adapun materi yang diberikan seperti pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting).
Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.
Orimus Osias, peserta pendampingan dari kelompok tenun Bliran Sina mengaku senang karena pelatihan yang dilakukan Pendopo, terutama tentang manajemen keuangan.
“Kami merasa sangat terbantu, selain membantu perekonomian keluarga kami dapat melestarikan budaha dengan membuat kain tenun dengan pewarna alam namun tetap dengan motif tradisional, sehingga bisa dinikmati hingga orang-orang luar Sikka,” aku Orimus.
Pada Oktober 2022, Pendopo melakukan pengukuran hasil akhir, bahwa melalui program pendampingan ini Pendopo berhasil menjangkau lebih dari 90 penenun, yang tergabung dalam 4 kelompok tenun, yaitu Tati Nahing, Na’ni House, Bliran Sina, dan Watubo.
Mengenal regenerasi, kegiatan ini berhasil menjangkau penenun muda sebanyak 24 persen, termasuk Komunitas Remaja Flores Creative usia 18-34 tahun. Di samping juga ekonomi masyarakat meningkat seiring peningkatan pendapatan penenun hingga 122 persen dan terserap 12 tenaga kerja baru ke dalam komunitas tenun.
Di samping itu, Pendopo menerbitkan modul panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru. Hal ini dilakukan Pendodo dalam upaya pelestarian budaya Indonesia.
Hadirnya modul tersebut juga sebagai wujud komitmen Pendopo mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG).
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait