Juga membantu penenun merumuskan harga, menghitung keuangan, menerapkan standar kualitas kain tenun, serta pengetahuan teknis proses pewarnaan dengan bahan alami dan motif tenun.
Pendopo juga memberikan 4 buah alat tenun portabel yang dapat dimanfaatkan untuk menenun, membantu proses pembelajaran serta menjadi perangkat portabel untuk dibawa ke berbagai pameran dan ekshibisi agar tenun ikat Sikka semakin dikenal.
Kegiatan lainnya, Pendopo mendonasikan lebih dari 200 bibit tanaman pewarna untuk mendukung pewarnaan yang ramah lingkungan; katalog benang, kain, dan motif untuk membantu standarisasi pemesanan kain; serta dukungan branding.
Tasya mengatakan setelah melihat hasil pengukuran akhir, Pendopo merasa tujuan akhir pendampingan sudah tercapai, bahkan di beberapa aspek melebihi apa yang ditargetkan. Terlebih dengan modul yang dibuat, para penenun bisa dengan mandiri mentransfer seluruh ilmu yang didapatkan pada saat pendampingan kepada penenun-penenun baru.
“Sebagai keberlanjutan dukungan, kami akan terus memasarkan dan mempromosikan kain tenun ikat Sikka melalui Pendopo,” tegas Tasya.
Selanjutnya, sebagian kain tenun ikat Sikka hasil dari program pendampingan ini dihadirkan sebagai koleksi kain tenun ikat Sikka di Pendopo yang berkolaborasi dengan desainer lokal.
Sesuai dengan fokus Pendopo, ungkap Tasya, kegiatan ini dimulai dari peningkatkan kualitas tidak hanya produk, namun juga manajemen mutu dari pengrajin kain tenun ikat Sikka di NTT.
Selanjutnya Pendopo mengolaborasikan para penenun adat dengan desainer ternama Didiet Maulana dan Iyonono untuk menyesuaikan selera masa kini.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait