get app
inews
Aa Read Next : Ini 5 Tipe Investasi yang Cocok Berdasarkan Karakter

Kinerja Perbankan Stabil, Saatnya Investasi di Reksa Dana Indeks Infobank15

Rabu, 24 April 2024 | 18:58 WIB
header img
Ki-ka: Rully Arya Wisnubroto-Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Francisca Gerungan-Head of Fund Services Mirae Asset, dan Hanif Mantiq-CEO STAR AM. Foto: Novi

“Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR juga masih relatif terjaga di bawah 85%, dan dengan tingkat kredit tidak lancar (NPL) yang juga masih rendah, ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit juga masih terbuka,” ujar Rully dalam Media Day.

Dia menuturkan kondisi tersebut merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang pro-growth. Pertumbuhan kredit pada bulan Januari 2024 tercatat cukup tinggi mencapai 11,8% YoY, tertinggi pada hampir 5 tahun terakhir. 

Pertumbuhan kredit pada bulan Februari 2024 sedikit lebih rendah tapi tergolong tetap tinggi sebesar 11,3% YoY. Gross NPL pada periode yang sama tetap rendah, yaitu 2,35%.

“Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024 ini,” sebutnya.

Namun demikian, Rully juga menilai risiko yang harus dimitigasi ke depan agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga.

"Perbankan sepertinya memang akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit mengingat kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan untuk dampak COVID-19 telah berakhir per tanggal 31 Maret 2024. Saat ini Loan at Risk (LaR) perbankan masih cukup tinggi yaitu 11,56% per Februari 2024," tambah Rully.


Media Day: April by Mirae Asset Sekuritas pada Selasa, 23 April 2024. Foto: Novi

 

Di luar perbankan, dia menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah tingginya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.

Dia juga mengatakan pergerakan Rupiah dalam jangka menengah masih sangat sulit untuk diprediksi karena sangat dipengaruhi oleh isu global, bukan dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri. 

Tren pelemahan Rupiah lebih disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan the Fed yang kembali menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian pasar global.

Sentimen global tersebut, yang juga berdampak kepada besarnya aliran modal asing keluar dari Indonesia, menyulitkan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.

Di dalam acara Media Day: April by Mirae Asset Sekuritas, turut hadir Head of Fund Services Mirae Asset, Francisca Gerungan.

Francisca menerangkan tentang berbagai fitur menarik yang tersedia di aplikasi NAVI.

"Lewat aplikasi ini, investor dapat menikmati bermacam kemudahan dalam berinvestasi, terlebih lagi, dapat menikmati bebas biaya transaksi," pungkas Francisca.

Editor : Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut