Edi menjelaskan, kedatangannya ke pasar Petanahan ini selain untuk melihat koleksi sepeda, juga sembari memamerkan sepeda koleksinya. Pria berumur 64 tahun ini juga mengharapkan peruntungan bilamana ada orang yang berminat ingin membeli sepedanya.
Bahkan Edi rela, menaiki sepedanya dari kota Kebumen menuju pasar sepeda antik ini, yang jaraknya lebih dari 20 km.
"Saya datang untuk melihat-lihat sepeda, sekaligus jualan. Saya nggowes langsung dari kota Kebumen Mas, sekitar 20 km dari rumah saya," kata pria yang tenar dengan nama Edi Gazelle di Kebumen ini.
Edi tidak merasa lelah, meskipun harus menaiki sepedanya sejauh itu, "Sepeda antik ini mah enak kalo digowes nggak bikin capek. Nyaman aja walau gowes jauh," imbuh Edi.
Mungkin banyak yang bertanya kenapa harga sepeda antik ini dibanderol cukup mahal. Faktor sejarah dan keaslian tiap unit sepeda membuat sepeda ini dihargai tinggi, khususnya bagi para kolektor sepeda antik.
Salah satunya, dua koleksi sepeda milik Edi yang ia peroleh dari Kabupaten Blora yang dibanderol dengan harga Rp 46 juta. Sepeda merek Gazelle seri 11 pabrikan Belanda tersebut ia peroleh dari informasi rekannya. Bagi Edi, sepeda yang ia dapatkan tersebut memiliki sejarah tinggi, karena merupakan peninggalan pendeta di era kolonial Belanda.
"Itu saya dapat dari teman, setelah saya lihat keaslian fotonya saya langsung ke Blora. Saya dapat dua unit Gazelle seri 11 seharga Rp 46 juta," kata Edi.
Edi juga berbagi pengalaman bagaimana memilih sepeda yang memiliki keotentikan sehingga bernilai tinggi. Di antaranya dengan melihat keaslian unitnya dan aksesorisnya.
"Jika ada sepeda saya lihat langsung kondisi barangnya, dari situ bisa terlihat keasliannya," kata Edi.
Sepeda yang dimiliki Edi keseluruhannya ada 26 unit, dan semuanya sepeda buatan Eropa. Sebagiannya sudah laku, meskipun tidak dijual langsung di pasar.
"Total ada 26 sepeda dari berbagai merek. Harganya mulai dari empat hingga 36 juta untuk yang ada di rumah. Cuma koleksi saya sepeda Eropa, saya nggak mau koleksi sepeda Cina," imbuh Edi, yang beralamat di daerah Tamanwinangun, Kebumen, Jawa Tengah.
Meskipun banyak didominasi sepeda Eropa, pangsa pasar sepeda Asia yang tergolong antik juga cukup banyak diminati. Seperti merek 'The Mister' dari Jepang, 'Phoenix' dari Cina, serta beberapa merek sepeda lainnya.
Editor : M Mahfud