get app
inews
Aa Text
Read Next : Tak Disangka! Warga Kebumen Ini Sulap Gedebok Pisang Jadi Keripik Yang Gurih

Lahir di Era Belanda, Pasar Sepeda Petanahan Surga Pecinta Sepeda Antik, Harga Puluhan Juta Rupiah

Rabu, 21 September 2022 | 16:51 WIB
header img
Berbagai merek sepeda antik asal Eropa ditawarkan di Pasar Petanahan Kebumen Jawa Tengah seperti, Gazelle, Raleigh, Triumph, Simplex, Humbler, BSA, dan Valuas Venlo. Harganya mencapai puluhan juta rupiah. Foto: Tama/iNewsDepok.

KEBUMEN, iNewsDepok.id – Terlahir sejak era Belanda, pasar sepeda antik di Kebumen Jawa Tengah ini adalah surga bagi pecinta sepeda antik. Namanya Pasar Petanahan.  Berbagai merek sepeda antik asal Eropa dijual di sini seperti, Gazelle, Raleigh, Triumph, Simplex, Humbler, BSA, dan Valuas Venlo. Harganya mencapai puluhan juta rupiah.  

Setiap tempat memiliki keunikannya sendiri, salah satunya pasar tradisional yang menjual sepeda bekas di Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah. Uniknya, pasar yang buka di hari tertentu ini sudah ada sejak era penjajahan Belanda. Walaupun menjual sepeda bekas dan onderdil lainnya, sepeda bekas yang ditawarkan di pasar ini, ada yang dijual hingga puluhan juta rupiah.


Pasar Sepeda Antik Kebuman. Foto: Tama/iNews Depok
 

Pasar yang terletak di Desa Karangduwur, Petanahan, Kebumen ini menjadi memiliki magnet untuk pecinta sepeda onthel atau sepeda antik.

Pasar sepeda Petanahan ini hanya buka di hari pasaran saja, yaitu hari Rabu dan hari Sabtu. Lokasi persisnya sekitar 300 meter di sebelah barat pasar utama Petanahan.

Dengan hanya menempati lahan pekarangan milik warga dengan luas sekitar 100 meter persegi, pasar ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.

Tim iNews Depok mencoba mendatangi pasar yang tergolong unik ini pada Rabu (21/09). Suasananya sangat tenang dengan nuansa pedesaan dan rimbun pepohonan.

Pasar sepeda Petanahan ini memang menjadi tempat untuk menyatukan cinta dan pecintanya, khususnya para pecinta sepeda antik.

Bagaimana tidak, di pasar ini dijual ragam sepeda dari berbagai merek, mulai dari pabrikan Eropa hingga Asia. Selain itu, di sini juga sangat mudah menemukan onderdil sepeda yang mungkin sudah tidak ditemukan di pasar umum lainnya.

Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Pada hari pasaran, tempat ini selalu ramai dikunjungi para pedagang dan calon pembeli sepeda bekas. Dari berbagai sumber, tidak ada yang mengetahui pasti kapan pasar sepeda ini didirikan. Imam Mujahidin, salah satu pedagang aksesoris dan onderdil sepeda bercerita bahwa pasar sepeda ini sudah ada sejak ia masih kecil.

"Pasar sepeda ini sudah ada sejak saya masih kecil," ujar Imam, pria berumur 46 tahun ini.


Konsumen sepeda antik datang dari berbagai kota di Pulau Jawa. Foto: Tama/iNews Depok.
 

Usia pasar sepeda yang tergolong tua ini juga diakui pedagang sepeda antik Edi yang datang jauh-jauh dari kota Kebumen. Dari cerita orang tua Edi, pasar sepeda Petanahan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

"Kalau cerita dari orang tua saya, pasar ini sudah ada dari zaman penjajahan Belanda," ujar Edi.

Banyak Sepeda Antik dengan Harga Fantastis

Ragam sepeda klasik nan antik banyak dijual di pasar ini. Meskipun pasar sepeda bekas, harga yang ditawarkan untuk satu unit sepeda bekas ini antara empat hingga 50 juta rupiah. Meskipun jadul, sepeda-sepeda layak menyandang predikat sepeda sultan, karena harganya yang cukup fantastis tersebut.

Berbagai macam merek sepeda antik dijual di sini seperti, Gazelle, Raleigh, Triumph, Simplex, Humbler, BSA, Valuas Venlo, dll. Semuanya merupakan pabrikan Eropa.

Uniknya lagi, di pasar sepeda Petanahan ini hanya diisi oleh pedagang atau pembeli lokal. Namun, banyak pembeli atau pedagang dari luar Kebumen yang datang ke pasar tradisional ini.

"Mungkin yang jualan di sini orang lokal. Tapi pembelinya itu justru dari luar Kebumen, seperti Cilacap, Purbalingga, Wonosobo, Purworejo bahkan hingga Jogja," kata Edi.

Edi menjelaskan, kedatangannya ke pasar Petanahan ini selain untuk melihat koleksi sepeda, juga sembari memamerkan sepeda koleksinya. Pria berumur 64 tahun ini juga mengharapkan peruntungan bilamana ada orang yang berminat ingin membeli sepedanya.

Bahkan Edi rela, menaiki sepedanya dari kota Kebumen menuju pasar sepeda antik ini, yang jaraknya lebih dari 20 km.

"Saya datang untuk melihat-lihat sepeda, sekaligus jualan. Saya nggowes langsung dari kota Kebumen Mas, sekitar 20 km dari rumah saya," kata pria yang tenar dengan nama Edi Gazelle di Kebumen ini.

Edi tidak merasa lelah, meskipun harus menaiki sepedanya sejauh itu, "Sepeda antik ini mah enak kalo digowes nggak bikin capek. Nyaman aja walau gowes jauh," imbuh Edi.

Mungkin banyak yang bertanya kenapa harga sepeda antik ini dibanderol cukup mahal. Faktor sejarah dan keaslian tiap unit sepeda membuat sepeda ini dihargai tinggi, khususnya bagi para kolektor sepeda antik.

Salah satunya, dua koleksi sepeda milik Edi yang ia peroleh dari Kabupaten Blora yang dibanderol dengan harga Rp 46 juta. Sepeda merek Gazelle seri 11 pabrikan Belanda tersebut ia peroleh dari informasi rekannya. Bagi Edi, sepeda yang ia dapatkan tersebut memiliki sejarah tinggi, karena merupakan peninggalan pendeta di era kolonial Belanda.

"Itu saya dapat dari teman, setelah saya lihat keaslian fotonya saya langsung ke Blora. Saya dapat dua unit Gazelle seri 11 seharga Rp 46 juta," kata Edi.

Edi juga berbagi pengalaman bagaimana memilih sepeda yang memiliki keotentikan sehingga bernilai tinggi. Di antaranya dengan melihat keaslian unitnya dan aksesorisnya.

"Jika ada sepeda saya lihat langsung kondisi barangnya, dari situ bisa terlihat keasliannya," kata Edi.

Sepeda yang dimiliki Edi keseluruhannya ada 26 unit, dan semuanya sepeda buatan Eropa. Sebagiannya sudah laku, meskipun tidak dijual langsung di pasar.

"Total ada 26 sepeda dari berbagai merek. Harganya mulai dari empat hingga 36 juta untuk yang ada di rumah. Cuma koleksi saya sepeda Eropa, saya nggak mau koleksi sepeda Cina," imbuh Edi, yang beralamat di daerah Tamanwinangun, Kebumen, Jawa Tengah.

Meskipun banyak didominasi sepeda Eropa, pangsa pasar sepeda Asia yang tergolong antik juga cukup banyak diminati. Seperti merek 'The Mister' dari Jepang, 'Phoenix' dari Cina, serta beberapa merek sepeda lainnya.

Pasar sebagai Pusat Jual Beli Onderdil Bekas

Selain menjual sepeda bekas, pasar tradisional ini juga menjual onderdil sepeda antik yang tergolong cukup lengkap dengan harga relatif murah.

Barang yang didagangkan antara lain seperti pedal, sadel (pelana sepeda), velg, roda, lampu, hingga bel sepeda antik dan aksesoris sepeda lainnya dijual di pasar ini. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp. 200 ribu, tergantung kondisi barang.

Salah satu pedagang onderdil mengatakan, berbagai ragam kebutuhan sepeda, khususnya sepeda antik dapat dibeli di pasar tradisional ini. Para pembeli tak perlu khawatir, semua onderdil dapat dinego sesuai dengan kantong para pembeli.

"Yang banyak dicari ada sadel, lampu berbagai jenis sepeda, bel ting tong (sepeda antik). Ada juga tas kulit juga ada," kata Imam Mujahidin.


Pasar sepeda antik juga terdapat jasa reparasi terutama sadel/jok. Foto: Tama/iNews Depok.
 

Untuk pelana sepeda atau sadel, di pasar ini juga tersedia reparasi sadel sepeda antik.

"Kalau saya hanya reparasi sadel. Kalau reparasi biasanya habis 40 hingga 60 ribu rupiah," kata Hambali, yang menyediakan jasa reparasi sadel.

"Tergantung servisnya. Kebanyakan orang mereparasi bagian kulit sadel," tambah Hambali.

Harga paling mahal yang dipatok Hambali adalah Rp 150 ribu, itu juga tergantung kondisi dan kualitas sadel.

"Ini yang bagus, ya paling saya jual Rp 150 ribu," imbuh Hambali, sembari menunjukkan sadel kualitas terbaiknya.

Untuk kalian yang penasaran dengan pasar sepeda tradisional ini, silakan datang di hari pasaran Pasar Petanahan pada hari Rabu dan Sabtu.

Video kisahnya ada di SINI

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut