UAS Dideportasi, Lieus: Singapura Hanya Beri Karpet Merah Kepada Koruptor dari Indonesia

TIm iNews
Lieus Sungkharisma. Foto: tangkapan layar YouTube

JAKARTA, iNewsDepok.id - Aktivis Tionghoa Lieus Sungkharisma menilai, Singapura hanya wellcome dan memberi karpet merah kepada koruptor asal Indonesia.

Hal itu dia katakan untuk menanggapi pendeportasian Ustaz Abdul Somad (UAS) oleh negara itu pada 16 Mei 2022 laku saat UAS dan keluarga serta keluarga sahabatnya, ingin berlibur ke Negara Singa itu 

"Saya nggak kenal Ustaz Abdul Somad, karena nggak pernah bertemu, nggak pernah berjabat tangan ataupun diskusi," kata Lieus seperti dikutip dari video berjudul Saya Tionghoa-Buddha, Soal Ust. Abdul Somad Ini Kedaulatan Negara" yang diunggah di akun YouTube-nya, Lieus Sungkharisma Official, Senin (23/5/2022).

Ia menjelaskan, ia tergelitik untuk mengomentari pendeportasian UAS setelah menerima kiriman artikel tentang UAS dengan Singapura dari aktivis Syahganda Nainggolan yang menulis sendiri artikel tersebut.

Ia mengakui, artikel Syahganda itu yang menjelaskan kalau dulu Singapura merupakan negara milik orang Melayu, bahkan wilayahnya bersatu dengan Malaysia, tapi kemudian negara itu dikuasai etnis Tionghoa yang menjadi mayoritas, sampai sekarang.

"Nah, Ustaz Abdul Somad itu orang Malayu. Jadi, aneh bagi saya karena orang yang punya wilayah itu (berdasarkan sejarahnya), kok diusir, nggak boleh masuk," katanya.

Lieus meyakini kalau pendeportasian UAS itu bukan urusan agama, tetapi terkait dengan harga diri bangsa Indonesia. Ia pun mempertanyakan, kalau tokoh sebesar UAS yang pengikut jutaan orang saja diperlakukan begitu oleh Singapura bagaimana dengan dirinya dan warga negara Indonesia yang lain?

"Jadi, saya melihat, Singapura hanya wellcome dan memberi karpet merah hanya kepada para koruptor dari indonesia," tegasnya 

Lieus menegaskan, ia melihat persoalan ini bukan karena UAS seorang ustaz, melainkan karena ada warga negara Indonesia yang diperlakukan tidak baik oleh sebiah negara yang jika dilihat di peta hanya sebagai red dot (titik merah), dan menurutnya, tindakan Singapura itu sangat keterlaluan.

"Kalau rakyat Indonesia diam saja (atas perlakuan Singapura terhadap UAS), maka menurut saya ada yang salah, karena sesungguhnya inilah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk menunjukkan kecintaan pada Merah Putih, kepada NKRI sebagai negara berdaulat," tegasnya.

Seperti diketahui, UAS dan rombongan dideportasi karena pemerintah Singapura menganggap UAS menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi. UAS telah membantah tuduhan itu karena katanya, materi ceramahnya sesuai ajaran Islam.

"Kalau itu dianggap sebagai ekstremis, sebagai segregasi, maka biarlah semua orang mengatakan itu, karena itu bagian dari ajaran agama. Saya akan tetap mengajar," kata dia dalam wawancara yang videonya diunggah di kanal YouTube Refly Harun, Rabu (18/5/2022).

Singapura selama ini memang dinilai menjadi surga bagi koruptor Indonesia yang sedang diburu polisi (buron).

Menurut data yang dihimpun, koruptor yamg diketahui pernah kabur dan menetap di Singapura, tapi tidak pernah dideportasi, di antaranya Muhammad Nazaruddin, Djoko Tjandra, Gayus Tambunan, Eddy Sindoro, Paulus Tannos, Maria Pauline Lumowa, Bambang Sutrisno, Samadikun Hartono, Anton Tantular, dan Hendro Wiyanto, 

 

Editor : Rohman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network