JAKARTA, iNews Depok.id - Ekosistem e-commerce Indonesia diramaikan oleh pemain-pemain besar dengan strategi dan karakteristik unik. Tokopedia dan TikTok, dengan kekuatan finansialnya, mendominasi pasar. Shopee, dengan strategi bakar uangnya yang agresif, juga menjadi pemain utama. Sementara itu, pemain lain seperti Lazada, Bukalapak, dan pemain yang lebih kecil lainnya, berjuang untuk mendapatkan pangsa pasar.
Strategi bakar uang, yang melibatkan pemberian diskon besar-besaran dan promosi agresif, telah menjadi praktik umum di kalangan platform e-commerce. Tujuannya adalah untuk menarik pelanggan, meningkatkan volume penjualan, dan pada akhirnya meningkatkan valuasi perusahaan.
Namun, strategi ini juga memiliki risiko, terutama jika tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang baik dan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
Penutupan layanan penjualan produk fisik di platform Bukalapak pada Januari 2025, merupakan respons terhadap persaingan ketat di sektor e-commerce Indonesia, terutama dengan semakin mendominasinya platform e-commerce Tokopedia dan Shopee.
Keputusan Bukalapak mencerminkan dinamika dan tantangan dalam industri e-commerce Indonesia yang terus berkembang sekaligus menjadi sinyal peringatan bagi industri e-commerce di Indonesia bahwa persaingan di era digital semakin ketat.
Ketidakmampuan sebuah platform untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional dapat berujung pada tersingkirnya mereka dari persaingan.
Dalam kondisi ini, efisiensi dan strategi bisnis yang tepat, menjadi faktor utama agar platform digital dapat bertahan sekaligus menjaga persaingan usaha yang sehat sebagaimana diatur dalam UU Antimonopoli.
"Pemerintah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan pelaku usaha e-commerce perlu duduk bersama untuk merumuskan kebijakan yang dapat mendukung inovasi dan integrasi layanan tanpa melanggar prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat," ujar Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, dalam media briefing yang digelar di Jakarta, Rabu (19/2).
Huda menegaskan bahwa di era digital, efisiensi operasional adalah kunci utama untuk mempertahankan daya saing. "Perusahaan yang tidak mampu berinovasi dan meningkatkan efisiensi, akan sulit bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Di sisi lain, otoritas perlu memastikan bahwa kebijakan dan penegakan hukum yang diterapkan, tetap diarahkan untuk mendukung peningkatan efisiensi dan mencegah terjadinya monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat," tambahnya.
Nailul Huda mengatakan, berdasarkan data kunjungan, terdapat 3 layer dalam kompetisi bisnis e-commerce di Indonesia yang semakin ketat.
Layer pertama adalah Tiktok Tokopedia dan Shopee. Sementara layer kedua ditempati Lazada, Blibli, dan Bukalapak, sementara layer ketiga adalah Zalora dan Orami.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait