Hal ini pun sempat disampaikan Evita dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi VII DPR RI dengan Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf) Teuku Riefky Harsya sebelum masa reses DPR, pekan lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Evita juga menyinggung soal perlunya regulasi yang mendukung perlakuan yang sama bagi pelaku UMKM. Ia mendorong agar dilakukannya penyederhanaan regulasi perizinan yang tidak membebani bagi pelaku UMKM di Indonesia.
Evita pun meminta Pemerintah memberikan insentif bagi pelaku usaha ekonomi kreatif lokal, hingga strategi pemberian stimulan dana ekonomi kreatif, pengembangan kualitas SDM dan lainnya agar terbangun ekosistem yang baik untuk mendorong industri kreatif lebih maju dan berdaya saing tinggi.
"Perlu penguatan peran Pemerintah sebagai fasilitator melalui pengembangan home creativity dan creative hub atau bentuk kolaborasi lainnya terkait orang atau usaha kreatif, yang diharapkan mampu mempercepat inovasi dalam berbagai sektor ekonomi kreatif," paparnya.
Lebih lanjut, Evita menilai peran media juga sangat strategis dalam mempromosikan produk unggulan nasional. Ia menyebut jangkauan media mampu menjadi alat yang efektif untuk memperkenalkan produk kreatif ke pasar yang lebih besar.
"Media kita dapat menggerakkan ekonomi kreatif. Sekaligus mendorong produk unggulan kita lebih dikenal secara global. Dalam hal ini mungkin kita perlu lembaga yang bisa membangun message-nya atau konten yang tepat khusus untuk pasar global," usul Evita.
Pimpinan Komisi di DPR yang memiliki ruang lingkup kerja pada bidang perindustrian, UMKM, ekonomi kreatif, dan pariwisata itu menambahkan, UMKM Indonesia memerlukan terobosan baru agar meningkatkan hasil penjualan mereka.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait