Tuan Rumah di Negeri Sendiri, ProSTEM Resmikan Gedung Advanced Cell Therapy-Production Laboratory

Novi
Ki-ka: Andi Widjaja, PhD; dr. Sunarto, M.Kes; Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS; Dr. Cynthia Retna Sartika, M.Si; dan Prof. dr. Amin Soebandrio Ph.D, Sp.MK. Foto: Novi

Fasilitas Laboratorium dilengkapi dengan sistem Air Handling Unit (AHU) yang luas guna mengontrol kondisi lingkungan kerja seperti suhu, kelembaban, tekanan, jumlah partikel udara dan sterilitas ruangan. Proses pengolahan pada fasilitas ini juga dioptimasi dengan teknologi yang canggih dan terdepan sehingga proses pengolahan dilakukan menggunakan sistem tertutup dan otomatis menggunakan teknologi bioreaktor untuk meminimalisir risiko human error sehingga dapat menghasilkan sel punca, sel, dan turunannya yang konsisten dan berkualitas terbaik.

Gedung ACT-PLab juga dilengkapi fasilitas laboratorium uji mutu untuk memastikan bahan baku dan fasilitas yang digunakan, serta produk akhir memiliki kualitas yang baik. Pengujian kualitas yang dilakukan pada fasilitas ini telah melalui proses kualifikasi serta validasi metode analisis agar menjamin hasil pengujian akurat, presisi serta sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. 

Persyaratan kualitas terus dikembangan sesuai dengan kebaharuan ilmu dan teknologi. Selain itu, fasilitas pendukung seperti cryostorage yang terdiri atas tangki penyimpanan dengan suhu ekstrem dibawah -150°C yang dipantau secara otomatis juga tersedia di gedung ACT-PLab untuk menjaga kualitas sel yang disimpan.

Agar menjamin ketelusuran produk dengan data yang terpercaya sesuai dengan prinsip attributable (dapat mewakili), legible (terbaca), contemporaneous (secara bersamaan), original (asli), dan accurate (akurat); atau disingkat ALCOA, fasilitas laboratorium dilengkapi dengan sistem building automation system (BAS) untuk pemantauan fasilitas secara mandiri. 


Hadirnya ACT-PLab, tentunya ProSTEM berharap mampu untuk mendukung Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri di dalam bidang terapi regeneratif. Foto: Novi

 

Tidak hanya di fasilitas laboratorium, integrasi data antar bagian juga dilakukan melalui transformasi digital dengan konsep Society 5.0. Pada area workstation (ruang kerja) dirancang dengan konsep coworking space atau ruang kerja secara terbuka yang memungkinkan adanya peningkatkan kualitas, produktivitas, dan efisiensi serta mempermudah kolaborasi dalam bekerja.

Dengan hadirnya ACT-PLab, tentunya ProSTEM berharap mampu untuk mendukung Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri di dalam bidang terapi regeneratif yang dapat membawa manfaat besar bagi pasien dengan menawarkan kualitas, keamanan, dan efektivitas layanan yang terjamin dan lebih banyak membantu masyarakat dalam pengobatan penyakit yang sulit diobati melalui terapi konvensional.

dr. Sunarto, M.Kes., Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan menambahkan, penelitian terkait sel punca terus dilakukan sejak diketahui kemampuan sel punca yang dapat memperbaiki sel atau jaringan yang rusak. "Oleh karena itu, terapi regeneratif menjadi tumpuan utama bagi pelayanan kesehatan, terutama untuk penyakit-penyakit degeneratif, gagal organ, maupun kelainan bawaan," kata dr. Sunarto.

Diakui Cynthia, selain yang sudah dirasakan Bapak Andi, beberapa penyakit lain sudah bisa diatasi melalui teknologi stem cell ini sebut saja, kelainan pada mata, stroke, kebotakan, luka bakar, uji klinik sirosis hati, jantung, cerebral palsy sudah ada kebaikan walau baru beberapa kali terapi dan tidak ada efek simpang. "Lebih dari 500 pasien yang sudah menggunakan, dan tidak ada efek penolakan," terang Cynthia seraya berkata untuk investasi ini memakan biaya hingga lebih dari 100 miliar rupiah.

Turut hadir, Ketua Komite Sel Punca Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Amin Soebandrio Ph.D, Sp.MK, yang menambahkan bahwa stem cell produk atau barang yang kelihatan ini, juga sebagai suatu teknologi. "Awalnya memperbaiki jaringan yang rusak. Waktu saya ke Iran ada pasien patah leher, bisa bergerak lagi. Teknologi ini pun semakin berkembang hingga bisa memperbaiki jaringan yang rusak bukan karena kecelakaan, karena kelainan genetik, dan juga karena infeksi yang sulit diobati," ujar Prof. Amin.

Editor : M Mahfud

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network