DEPOK,iNewsDepok.id- Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi menilai, wacana pembersihan Kota Depok dari ‘tuyul’ oleh Kaesang dianggap sebagai dialektika politik. Ini juga untuk membangun opini untuk meyakinkan daya tarik masyarakat dalam ikut serta mendorong Kaesang menjadi Wali Kota Depok.
“Dengan memunculkan harapan politis yang sangat kuat seperti yang disuarakan oleh para relawan kaesang untuk menangkap ‘8 tuyul’ di Depok ketika menjadi Wali Kota Depok tentu hal ini sah-sah saja,” katanya, Kamis (6/7/2023).
Yusfitriadi menuturkan, yang lebih penting adalah Kaesang harus berproses menuju Wali Kota Depok. Baik proses dalam memahami dinamila politik secara utuh, menyelami permasaalahan substansial yang selama ini ada di Kota Depok.
“Maupun gagasan progressif yang akan dikembangkan untuk membangun Kota Depok secara integral dan holistik,” tegasnya.
Perlu dipahami bahwa kekuatan Kaesang adalah anak Presiden. Dia tidak melihat kekuatan yang istimewa dari seorang Kaesang selain dia kuat karena anak Presiden Jokowi. Menurutnya, Kaesang tidak memahami Depok karena bukan orang Depok dan tidak berdialektika sosial dan politik di Depok.
“Begitupun dengan sepak terjang politik juga tidak, baik dalam bentuk praktis maupun dalam bentuk ide-ide dan gagasan politik. sehingga jangan sampai karena anak presiden sehingga tidak perlu berproses untuk menjadi seorang kepala daerah,” tegasnya.
Hal lain, menurutnya ini hanya kontestasi kekuasaan. Memang benar saat ini Kaesang termasuk tokoh muda yang kuat untuk menjadi kandidat wali kota. Bahkan mungkin tidak hanya di Kota Depok, tapi juga di kota-kota yang kain. Dan karena kekuatannya sangat mungkin namanya akan mempengaruhi masyarakat untuk memilihnya, sehingga bisa jadi akan tinggi tingkat elektabilitasnya.
“Namun ketika hanya kekuatan anak seorang presiden yang dijual ke publik, sama dengan akan melanggengkan politik dinasti. Bahkan yang tidak pernah terjadi pada kekuasaan Soeharto sekalipun dalam konteks dinasti politik seperti yang terjadi pada kepemimpinan Jokowi saat ini. Tentu saja saya tidak selalu memandang politik dinasty itu selamanya tidak baik, selama calon tersebut memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas yang kuat,” ujarnya.
Yusfitriadi menuturkan, kemenangan presiden pada Pemilu 2024 nanti juga akan mempengaruhi posisi Kaesang. Menurutnya, fenomena Kaesang saat ini besar karena pengaruh orang tuanya yang sedang menjabat. Namun jika Kaesang memang memiliki kapabilitas mumpuni maka siapapun presiden terpilih nanti tidak akan mempengaruhi elektabilitas Kaesang.
“Apakah kaesang masih akan mendapatkan tempat jika pemenang pemilihan presiden dan wakil presiden 2024 bukan rezimnya Jokowi. Tentu saja itu penting menjadi pertanyaan karena saat ini mungkin kekuatan Kaesang hanya anak seorang presiden. Ketika bapaknya sudah tidak langi menjadi presiden dan penggatinya bukan dalam lingkaran rezim presiden saat ini, kondisi ini tidak akan menjadi sebuah pertanyaan, jika kapasitas, kapabilitas dan integritas sudah dimiliki oleh seorang Kaesang,” tutupnya.
Editor : Rinna Ratna Purnama
Artikel Terkait