Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk., Suaimi Suriady mengatakan, “Simposium pangan nasional adalah rangkaian Program Indofood Riset Nugraha yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Kami berharap acara ini bisa menjadi forum diskusi dan sharing ide untuk mengatasi pemasalahan pangan di Indonesia khususnya dan pengembangan sistem pangan yang lebih handal untuk masa depan. Kami juga berharap acara ini dapat menginspirasi dan memotivasi generasi muda memajukan pangan Indonesia.”
Ya, generasi muda atau yang biasa disebut dengan generasi milenial, masih banyak yang belum mengenal berbagai macam bahan pangan kearifan lokal. Coba sebut saja, talas, ganyong, sukun, suweg, gadung, gembili, garut, iles-iles, dan masih banyak lagi lainnya. Rasanya kening mereka akan berkerut tidak mengerti.
Menyasar anak muda, dalam hal ini para mahasiswa, di tengah isu ketahanan pangan, tema program IRN "Transformasi Sistem Pangan Tangguh Berbasis Penelitian Pangan Fungsional dan Kearifan Lokal” sangatlah tepat.
Program Indofood Riset Nugraha (IRN)
IRN adalah program bantuan dana penelitian bagi mahasiswa S1 yang tengah menyelesaikan tugas akhir/penelitian di bidang penganekaragaman pangan. Program IRN dimulai sejak 2006 sebagai lanjutan dari Program Bogasari Nugraha, yang telah dirintis tahun 1998 oleh Bogasari Flour Mills, salah satu kelompok usaha strategis PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta.
Tahun ini, jumlah proposal penelitian yang masuk mencapai 426 proposal dari 68 perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Setelah melalui beberapa tahap seleksi, Tim Pakar menetapkan 64 proposal dari 37 Perguruan Tinggi yang berhak menerima bantuan dana riset. Mereka juga akan mengikuti pelatihan, coaching clinic, dan mendapatkan bimbingan serta pendampingan dari Tim Pakar IRN.
“Kami ucapkan selamat dan kami berharap kesempatan ini bisa memotivasi kalian untuk melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan penelitian. Bukan hanya untuk menyelesaikan tugas akhir, tetapi juga sebagai kontribusi generasi muda bagi pengembangan pangan fungsional Indonesia dengan memanfaatkan kearifan lokal,” ucap Suaimi.
Pada kesempatan ini, tampil sebagai salah satu pembicara adalah Tim Pakar IRN, Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS, yang memaparkan tentang “Pangan Lokal untuk Mendukung Krisis Pangan”. Pembicara lainnya adalah dua pengusaha muda inspiratif yaitu Felix Bram Samora, Founder Rumah Kelor dan Rizal Fahreza, Founder Eptilu dan peraih Penghargaan Satya Lencana dari Presiden RI. Keduanya menyampaikan pandangan dan berbagi pengalaman mereka yang telah berkecimpung dalam usaha pangan.
“Pangan lokal kita yang sangat banyak dan beragam, bisa kita gunakan sebagai antisipasi jika terjadi krisis pangan. Krisis pangan itu jangan diartikan sebagai sebuah peristiwa tsunami besar, melainkan dia akan membunuh secara pelan-pelan. Asal tahu saja, saat ini, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan 46 negara sudah terkena. Ada negara-negara yang sudah merah, kuning, Indonesia masih hijau. Merah itu berarti sudah mengalami krisis pangan. Krisis pangan akan menyebabkan gizi kurang. Ini adalah kesempatan kita untuk mengembangkan pangan lokal dan fungsional (menyehatkan/menyembuhkan/bernutrisi). Peluang kita banyak hanya saja kurang diteliti dan kurang dikembangkan. Contohnya sorgum, bahan pangan lokal yang bagus dan tidak ada matinya namun belum dikembangkan,” ungkap Prof. Bustanul.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait