JAKARTA, iNewsDepok.id – Motif Irjen Pol Ferdy Sambo dalam kasus penembakan mati Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, masih menjadi teka-teki. Kasus serupa, polisi tembak mati polisi pernah terjadi pada tahun 2007. Saat itu muncul dugaan asmara antar lelaki (LGBT), tetapi kebenaran dugaan tersebut tak terkonfirmasi. Ada sejumlah kesamaan antara kasus Ferdy Sambo dan kasus polisi tembak polisi tahun 2007.
Kasus polisi tembak polisi pada tahun 2007 juga menghebohkan publik meski dengan skala jauh lebih kecil dibandingkan kasus Irjen Ferdy Sambo yang berbuntut tewasnya Brigadir J pada 8 Juli 2022. Kasus tahun 2007 terjadi saat AKP Rony Pasaribu menembak mati mantan bawahannya Briptu Hidayat. Kejadian berlangsung 22 Mei 2007 pukul 08.45 WIT di Hotel Asmat, Merauke, Papua.
Seperti dilansir dari berita Antaranews.com tahun 2007, AKP Rony Pasaribu saat itu sedang mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). AKP Rony adalah lulusan Akpol 1999 dan sebelumnya pernah menjabat Kasatlantas Polres Merauke.
Ia sengaja terbang dari Jakarta untuk menemui dan menembak Briptu Rony di Hotel Asmat. Usai menembak Briptu Hidayat sebanyak 4 kali, AKP Rony Pasaribu kemudian menembak dirinya sendiri. Rony Pasaribu kemudian diterbangkan dari Papua ke kediaman keluarganya di Sumatera Utara.
Penembakan tersebut menghebohkan publik. Seperti dilansir dari berita Okezone.com tahun 2007, santer muncul motif cemburu dalam isu asmara sesama jenis. Briptu Nurhidayat seperti diberitakan Okezone.com, kala itu akan menikah dengan gadis idamannya pada akhir bulan Mei 2007.
Isu kisah asmara sejenis tak terkonfirmasi kebenarannya. Kapolda Papua Brigjen Pol Max Donald Aer enggan mengungkap motifnya. “Kalau soal itu kita belum mengetahui ada apa antara Ronny dan Hidayat. Kami tidak ingin berspekulasi memberikan keterangan kepada wartawan yang menyebabkan kerugian keluarga korban,” ujar Brigjen Pol Max Donald Aer seperti dikutip dari berita Okezone tahun 2007.
Kakak kandung AKP Rony, Nelly Murlina membantah keras isu gay (LGBT). Ia memperkirakan kasus itu bermotif persaingan internal. Menurutnya ada sejumlah perwira polisi yang tidak menyukai keberadaan Ronny sebagai Kasatlantas Polres Merauke.
Kasus polisi tembak polisi saat itu juga memunculkan keganjilan soal senjata. Pasalnya AKP Rony Pasaribu yang tengah menempuh pendidikan di PTIK tidak diperbolehkan memegang senjata.
Namun motif penembakan tersebut dengan cepat surut. Ini karena AKP Rony Pasaribu sebagai penembak, juga menembak dirinya sendiri. Keduanya tewas di tempat sehingga kasus pidana tak berlanjut.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait