Namun, ketika jenazah Yosua diserahkan kepada keluarganya, keluarga tak hanya menemukan luka tembak, tapi juga sayatan. Bahkan dia jarinya putus.
Kejanggalan lain, sebagai seorang tamtama, E sebetulnya belum diperkenankan memegang senjata, tetapi polisi mengatakan E menembak Yosua, bahkan dengan senjata jenis Glock 17.
Yang juga menjadi pertanyaan, Yosua adalah seorang sniper, tetapi mengapa tak ada satu pun peluru yang ditembakkannya mengenai E?
Lebih jauh, E adalah ajudan Irjen Ferdy, sementara Yosua sopir istri Irjen Ferdy. Saat kejadian, polisi mengatakan Irjen Ferdy sedang tes PCR di luar rumah, tapi sebagai ajudan, mengapa E tidak mendampingi dan malah berada di rumah?
Yang juga menggelitik, Yosua dikabarkan telah dua tahun bertugas menjadi pengawal sekaligus sopir istri Irjen Ferdy, tetapi mengapa baru hari itu dia melakukan pelecehan? Bukankah selama dua tahun dia selalu bersama istri Irjen Ferdy?
Atas kejanggalan-kejanggalan tersebut, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit telah membentuk Tim Khusus dengan melibatkan Kompolnas dan Komnas HAM.
Editor : Rohman
Artikel Terkait