Kenangan Bersama Almarhum Bapak Imran: Sebuah Penghormatan
DEPOK, iNews Depok.id - Dalam perjalanan hidup, ada sosok-sosok luar biasa yang meninggalkan jejak mendalam di hati dan ingatan kita. Salah satunya adalah almarhum Bapak Imran, seorang pemimpin yang tidak hanya berdedikasi dalam tugas, tetapi juga menjadi panutan bagi banyak orang yang pernah bekerja bersamanya.
Bapak Imran bukan sekadar atasan, melainkan seorang guru, ayah, dan sahabat yang mengajarkan arti tanggung jawab, loyalitas, serta keberanian dalam mengemban amanah sebagai aparat penegak hukum. Ketegasannya berpadu dengan kebijaksanaan, membuatnya disegani sekaligus dihormati oleh banyak orang.
Tulisan ini adalah bentuk penghormatan kepada beliau—sebuah kenangan tentang kebersamaan dalam menjalankan tugas, tentang semangat yang beliau tularkan, serta tentang bagaimana beliau mengajarkan kami untuk selalu menjaga kehormatan dan integritas dalam setiap langkah.
Pertemuan Pertama dengan Bapak Imran
Tiga tahun lalu, pada 15 Maret 2022, sekitar pukul 11.00 siang, telepon saya berdering. Seorang pimpinan di Kejaksaan Agung memerintahkan saya segera datang ke kantor. Saat itu, Direktorat A Subdit SDO masih berkantor di Ragunan.
Ada perintah mendesak: pengamanan organisasi terhadap komplotan jaksa gadungan yang telah meresahkan, khususnya di Yogyakarta. Mereka tidak hanya mencoreng nama institusi dengan menyalahgunakan seragam, tetapi juga melakukan penipuan dengan korban mencapai miliaran rupiah.
Di sanalah saya pertama kali mengenal Pak Imran, yang saat itu baru saja menjabat sebagai Kasubdit Pengamanan Sumber Daya Organisasi pada Direktorat A Jaksa Agung Muda Intelijen.
Saat menerima perintah tersebut, direktur langsung memerintahkan kami untuk segera berangkat. Tak ada waktu untuk menunda, dan kami hanya memiliki beberapa foto pelaku yang beredar di media sebagai petunjuk.
Namun, dengan ketenangan dan keyakinannya, Bapak Imran berkata: "Kalau memang mereka harus kita tangkap, maka mereka pasti tertangkap."
Kami bersama tim berangkat ke Yogyakarta pukul 16.00 dan tiba pukul 22.00. Kota itu dengan segala dinamikanya—kos-kosan yang tak terhitung jumlahnya, hotel-hotel yang menjadi persinggahan, serta pelaku yang terus bergerak—membuat pencarian tidak mudah. Tapi Bapak Imran selalu yakin.
Sepanjang penugasan, beliau selalu menanamkan satu prinsip utama: "Kerahasiaan adalah kunci keberhasilan."
Setiap strategi yang kami susun, setiap pergerakan yang kami lakukan, semuanya dijaga dengan penuh kehati-hatian. Baginya, bukan hanya keberhasilan yang penting, tetapi juga bagaimana menjaga integritas tugas tanpa ada kebocoran informasi sekecil apa pun.
Kami tidur seadanya di trotoar jalan, bahkan mandi di warung di daerah Malioboro. Malam-malam panjang kami habiskan dengan memetakan pergerakan para pelaku. Berkat analisis digital dan kejelian tim, akhirnya kami memastikan lokasi mereka. Dengan penuh ketelitian dan kesiapan, kami berhasil mengamankan para pelaku dan membawa mereka ke Kejaksaan Tinggi Yogyakarta.
Tugas kami belum selesai. Masih ada satu pelaku yang melarikan diri. Kami terus memburunya tanpa mengenal lelah. Dalam waktu dua jam, pelaku lain akhirnya berhasil kami tangkap.
Empat hari di Yogyakarta yang penuh ketegangan berakhir dengan keberhasilan. Saya melihat sendiri bagaimana Bapak Imran bekerja—dengan keikhlasan yang luar biasa, bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi menjaga kehormatan institusi.
Pengalaman Kedua: Pengamanan di Jakarta
Tak lama setelah itu, saya kembali ditugaskan bersamanya dalam misi lain—kali ini menghadapi oknum yang mengaku sebagai jaksa di Jakarta dan melakukan pemerasan dengan surat panggilan palsu. Target mereka seorang pejabat di PT Kereta Api Indonesia, dengan jumlah uang yang diminta mencapai miliaran rupiah.
Dari hasil profiling, kami tahu pelaku bersenjata. Tim diperkecil untuk meminimalkan risiko, hingga akhirnya hanya tinggal saya dan Bapak Imran di tim pendobrak.
Saya masih ingat jelas, sebelum aksi, beliau bertanya: "Bro, takut nggak?"
Saya hanya bisa tersenyum kaku, tapi dia menepuk bahu saya, seolah berkata bahwa keberanian itu bukan berarti tidak takut, tetapi tetap melangkah meski ada rasa takut.
Dengan strategi yang matang, kami bersama tim berhasil mengamankan pelaku. Senjata yang mereka bawa sempat menjadi ancaman, tapi berkat refleks dan pengalaman Bapak Imran, semuanya terkendali tanpa ada letusan. Beliau adalah seorang petarung sejati, pemimpin yang tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan kebijaksanaan.
Dalam setiap tugas, Bapak Imran selalu menekankan pentingnya disiplin terhadap perintah pimpinan: "Kita bekerja bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk negara, untuk institusi."
Kesetiaan dan kepatuhan kepada perintah atasan baginya adalah sebuah prinsip mutlak.
"Pimpinan memberi perintah bukan tanpa alasan. Ada tanggung jawab yang harus kita pikul. Kita ini prajurit hukum, harus siap menjalankan tugas tanpa banyak tanya."
Tak hanya itu, perhatiannya kepada tim begitu besar. Beliau bukan sekadar pemimpin, tapi juga seorang ayah bagi kami semua.
Dalam setiap misi, beliau memastikan semua anggota dalam keadaan baik, baik fisik maupun mental.
Jika ada yang terlihat lelah, beliau akan berkata: "Istirahat sebentar, nanti kita lanjut. Jangan sampai fisik kita tumbang, karena kita harus pulang dalam keadaan utuh."
Selamat Jalan, Orang Baik
Hari ini, saya mengenang semua itu dengan rasa haru. Bapak Imran telah berpulang.
Orang baik berpulang di hari baik, di bulan baik.
Saya bersyukur pernah mengenal beliau, belajar langsung darinya, dan merasakan bagaimana bekerja di bawah kepemimpinannya yang penuh dedikasi.
Bapak mengajarkan saya arti keberanian, tanggung jawab, loyalitas, dan keikhlasan dalam menjalankan tugas. Jika saya hanya menjadi jaksa penuntut umum yang duduk di meja, maka beliaulah yang menunjukkan kepada saya bagaimana hukum bukan sekadar teks di atas kertas, tetapi harus ditegakkan dengan nyali dan kehormatan.
Terima kasih, Bapak. Terima kasih atas semua ilmu, kebersamaan, dan pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan. Saya bangga pernah mengenal Bapak.
Selamat jalan, orang baik. Semoga segala kebaikan Bapak menjadi amal ibadah, dan semoga Allah mengampuni segala khilaf. Khusnul khotimah.
Hormat saya,
Alfa Dera
Jaksa pada Kejaksaan Negeri Depok
Editor : M Mahfud