Menurut Charles, peningkatan teknologi pencetakan dan desain uang baru mungkin diperlukan untuk mencegah pemalsuan di masa depan pasalnya uang palsu yang dihasilkan memiliki kemiripan tinggi dengan uang asli, sehingga sulit dibedakan oleh masyarakat awam.
"Kami merasa BI perlu memperkuat pengawasan terhadap peredaran uang di masyarakat. Pengawasan yang ketat dapat membantu mencegah kerugian lebih lanjut bagi masyarakat. Terutama di momen liburan akhir tahun di mana transaksi keuangan masyarakat biasanya meningkat,” ujarnya.
Kasus produksi uang palsu yang ditemukan di UIN Alauddin Makassar juga semakin kompleks dengan terungkapnya bahwa selain uang rupiah, juga ditemukan mata uang asing seperti Won Korea Selatan dan Dong Vietnam.
"Produksi uang palsu ini tidak hanya berpotensi merugikan perekonomian, tetapi juga menciptakan keresahan di masyarakat. Mereka mencetak uang palsu hingga miliaran bahkan triliunan rupiah, ini kan sangat mengkhawatirkan," kata Charles.
Charles menilai, ditemukannya mata uang Korea dan Vietnam menunjukkan bahwa sindikat ini tidak hanya berfokus pada pemalsuan uang rupiah, tetapi juga berupaya untuk memproduksi mata uang asing.
"Pemerintah dan penegak hukum serta stakeholder terkait seperti BI harus berhati-hati dengan sindikat-sindikat ini, karena bisa jadi ada kemungkinan keterlibatan pelaku internasional," pungkasnya.
Editor : Mahfud