Puan juga memastikan DPR RI akan mengawal setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah agar tidak memberatkan kehidupan rakyat.
"Harapan dari DPR, dan saya yakin, pemerintah pasti akan mendengarkan dulu aspirasi dari masyarakat," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen diperlukan salah satunya untuk menjaga kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meski begitu, banyak pihak mengkhawatirkan kenaikan tarif PPN dapat menimbulkan dampak turunan, seperti meningkatkan tingkat inflasi dan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Meski kenaikan PPN merupakan amanah dari UU HPP, namun pemerintah sebenarnya memiliki kewenangan untuk mengubah tarif PPN untuk tidak menjadi 12 persen. Sebab berdasarkan Pasal 7 ayat (3) UU yang sama juga diatur bahwa PPN dapat diubah menjadi paling rendah lima persen dan paling tinggi 15 persen.
Dalam Rapat Paripurna penutupan masa sidang DPR hari ini, Puan pun menyinggung kondisi Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan nasional, baik yang bersumber dari eksternal maupun internal.
Puan mengingatkan bahwa diperlukan kebijakan-kebijakan fiskal, moneter, sektor riil dan kebijakan pembangunan nasional yang dapat mengonsolidasikan agenda nasional dalam membangun kekuatan nasional di bidang pangan, sumber daya manusia, pembangunan daerah, industri nasional, komoditas ekspor, dan lain lain.
“Selain konsolidasi agenda pembangunan nasional ke depan, kita juga harus terus memperkuat kualitas kinerja aparatur negara, birokrasi, Iklim usaha, kepastian hukum, yang sungguh-sungguh menghadirkan negara untuk memberi jalan bagi rakyat mendapatkan pelayanan yang baik, yang membantu, yang memudahkan, dan yang mensejahterakan,” terang Puan dalam pidato penutupan masa sidang DPR.
Editor : M Mahfud