KUPANG, iNewsDepok.id - Namanya Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay yang biasa dipanggil Nono. Bocah kelas 2 SD Inpres Buraen 2, Kabupaten Kupang, NTT ini menggemparkan Indonesia dan dunia.
Dia menjadi juara dunia dalam kompetisi matematika tingkat dunia, International Abacus World Competition, mengalahkan 7.000 peserta. Kemampuan berhitungnya yang luar biasa berhasil mengharumkan nama NTT dan Indonesia.
Nono lahir dari keluarga petani. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang tinggal di Desa Retraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.
Meskipun tinggal di daerah terpencil dan hidup sederhana, hal itu tidak menjadi hambatan karena semangatnya yang tinggi untuk belajar dan berprestasi.
Setiap hari Nono selalu pergi ke sekolah yang berjarak sekitar 4 kilometer dari rumah. Sang ayah, Rafli Meo Tnunay, setia mengantar, kemudian kembali ke kebun untuk bertani. Ayah Nono adalah seorang petani di desa setempat.
Namun, ayahnya inilah yang menjadi sosok di balik pencapaian Nono hingga saat ini. Dia rutin membimbing dan mengajari anaknya belajar berhitung.
"Rutinitas anak saya setiap hari bangun pagi pukul lima. Dia baca Alkitab, berdoa, lalu mempersiapkan diri ke sekolah. Bila sempat, pagi hari sudah mengerjakan soal matematika dan kami bimbing," ujar Rafli kepada iNews.
Menurutnya, sang anak punya kecepatan berhitung yang terus diasah dengan belajar secara rutin.
"Seringkali juga kami batasi mainnya biar bisa fokus belajar," katanya.
Nono yang baru kelas 2 SD sudah bisa menghitung cepat, baik perkalian, penjumlahan, maupun pembagian pada pecahan puluhan. Dia menggunakan jentikan jari sebagai metode menghitung.
Namun untuk hitungan pecahan ratusan hingga ribuan, masih membutuhkan bantuan alat tulis untuk perkalian dan pembagian secara cepat.
Dengan kemampuan sang anak, Rafli mengaku sangat bangga. Dia mendukung penuh dan setia mendampingi anaknya belajar. Selain itu, anaknya juga mendapat bimbingan dari salah satu dosen Universitas Indonesia.
"Tentu saya sebagai orang tua sangat bangga dengan anak saya ini," katanya.
Di sekolah, Nono selalu mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Bahkan dia menjadi kebanggaan guru dan teman-temannya di sekolah. Tak jarang dia membantu teman sekelasnya dalam pelajaran.
Kepala Sekolah SD Inpres Buraen 2, Petrus Kase, mengakui Nono adalah anak yang cerdas dan baik. Dengan kecerdasannya, Nono juga menjadi tutor bagi teman-temannya.
"Saya lihat anak ini memang punya IQ yang tinggi. Dia dapat dengan cepat menangkap pelajaran yang diterimanya," kata Petrus.
Sebelumnya, viral kisah bocah jenius asal NTT yang menjadi juara 1 kompetisi matematika tingkat dunia, International Abacus World Competition, Abacus Brain Gym 2022.
Pada kompetisi tersebut, Nono berhasil menyelesaikan 15.201 file. Dalam 1 file ada 10 soal sehingga total soal yang berhasil dikerjakan Nono dalam jangka waktu 1 tahun sebanyak 152.010 soal. Kemudian soal ini diujikan dalam bentuk virtual dan listen dalam bahasa Inggris.
Sementara posisi kedua diraih peserta dari Negara Qatar yang mengerjakan 7.502 file atau 75.020 soal, hanya setengah dari yang berhasil dikerjakan Nono. Peringkat ketiga diraih oleh peserta dari USA yang mengerjakan 6.138 file atau 61.380 soal.
Nono diketahui merupakan siswa sekolah binaan PT Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim (YPA-MDR) di Kupang, NTT. Dia menorehkan prestasi dengan menjuarai lomba Matematika & Sempoa tingkat Internasional yang diselenggarakan Abacus World Competition.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta