Kusnanto menambahkan, hal itu disebabkan meningkatnya penyebaran penyakit infeksi saluran pernapasan serta demam berdarah.
Meskipun kunjungan IGD sangat tinggi dan selalu penuh, pihaknya mengaku pelayanan tetap dapat dilakukan dengan optimal.
"Jumlah kunjungan IGD dalam enam bulan terakhir meningkat dengan rata–rata 250–300 pasien per hari, ini berdampak terhadap meningkatnya BOR rawat inap yang mencapai 90% lebih. Tren penyakit yang dominan adalah infeksi saluran pernapasan terutama pada anak dan demam berdarah. Kapasitas IGD sekitar 60 bed/brankar yang terdiri dari bed/brankar anak dan dewasa serta terdapat kriteria tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien yang datang," ujarnya.
Dia menuturkan, waktu yang dibutuhkan untuk layanan IGD dari mulai pasien datang hingga dilakukan diagnosa dan keputusan rawat inap atau rawat jalan berdasarkan SOP adalah enam jam. Dalam kondisi tertentu terjadi keterlambatan atau delay layanan sehingga lebih dari enam jam akibat kondisi ruang rawat inap yang penuh.
Sehingga dalam kondisi tersebut, diupayakan untuk tetap dapat mengakomodir kebutuhan rawat inap dengan diterapkan kebijakan fleksibilitas di ruang rawat inap berdasarkan tren penyakit yang sedang meningkat.
"Jika kapasitas bed ruang rawat inap tetap penuh maka pasien dimotivasi untuk dirujuk, namun seringkali terkendala akibat pasien dan keluarga menolak atau sulit mendapatkan tempat ranap melalui jejaring rumah sakit baik yang ada di Kota Bekasi maupun di luar Kota Bekasi," ucapnya.
Editor : M Mahfud