get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral! Calon Penumpang Ribut Dengan Petugas Stasiun, Ini Penjelasan KAI

Sudah Divaksin Booster Bisa Terkena Omicron, Ini Penjelasan Guru Besar UI

Selasa, 08 Februari 2022 | 11:51 WIB
header img
Varian Omicron (Foto: Kalinga TV)

JAKARTA, iNews.id - COVID-19 varian Omicron memiliki daya penularan yang sangat cepat, bahkan mereka yang sudah divaksin dua kali pun masih bisa terpapar.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), DTM&H, DTCE, FISR mengatakan, ada tiga kemungkinan mengapa seseorang dapat terinfeksi COVID-19 kembali meski sudah divaksin dua kali.

Pertama, karena sekarang yang menyerang adalah varian Omicron. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa varian Omicron ini dapat menembus pertahanan tubuh yang terbentuk karena seseorang pernah sakit sebelumnya.

"Ada penelitian yang menyebut dua atau tiga atau lima kali lebih sering. Ada juga peneltian lain menunjukkan risiko relatif terinfeski ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksin dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin," kata Prof. Yoga, Senin (7/2/2022).

Dengan demikian, kata Prof. Yoga, meskipun sudah divaksin maka kemungkinan tetap terinfeksi Omicron memang mungkin terjadi, hanya diharapkan tanpa gejala atau keluhannya ringan saja.

Kedua, orang dapat tetap sakit walaupun sudah divaksin lengkap, dan bahkan mungkin sesudah dapat vaksinasi booster, karena memang efikasi vaksin tidaklah 100 persen.

Menurut Prof. Yoga, masih mungkin akan ada yang sakit atau disebut “breakthrough infection”, yang derajatnya dinilai dalam bentuk “breakthrough infection rate” (“B-Infection rate”).

Tapi yang jelas, kata Prof. Yoga, memang pemberian vaksin secara lengkap, apalagi kalau dengan booster akan secara bermakna mengurangi angka masuk rumah sakit dan jauh mengurangi kemungkinan penyakitnya jadi memberat.

“Akan amat baik kalau kita di Indonesia juga menghitung angka “B-Infection rate” dan menyampaikannya ke masyarakat luas," jelasnya.

Ketiga, status suseptibilitas genetika seseorang. Yang sudah diteliti a.l peran polimorfisme ACE2, fenomena “type 2 transmembrane serine proteases (TMPRSS2)” dan genotype “HLA-B*15:03” yang dihubungkan dengan kejadian sakit.

"Memang bukti ilmiah untuk ini belumlah terlalu jelas, tetapi akan baik kalau dilakukan juga penelitian suseptibilitas genetika COVID-19 di Indonesia," pungkas mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes itu.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut