dr. Lahargo Kembaren, SpKJ membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan jurnalis untuk membangun kesehatan mental yang baik, “Cobalah untuk tidak fokus pada apa yang tidak bisa kita kontrol tapi fokus pada apa yang bisa kita kontrol, yaitu tidur, makanan, dan hubungan. Pastikan untuk tidur pada jam yang sama, sehingga tubuh akan terlatih. Tubuh kita memiliki ritme sirkadian yang unik, dimana jumlah hormon kortisol meningkat di pagi hari dan turun di malam hari sehingga akan terasa sangat mengantuk. Gunakan waktu ini untuk tidur. Mulailah mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap dan seimbang. Lalu, alokasikan waktu untuk menjalin hubungan dengan sesama karena hubungan yang baik akan melindungi kesehatan mental. Ambillah cuti untuk melakukan hal yang berbeda dari rutinitas peliputan berita, misalnya jalan-jalan dengan teman. Rasa cemas dan stres memang sangat normal, tetapi apabila sudah mulai mengganggu kinerja, maka sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.”
Melalui kegiatan ini, Johnson & Johnson Indonesia berharap dapat mendukung kesehatan mental di Indonesia dan mengajak semua pihak, terutama jurnalis, untuk bersama-sama memerangi stigma dan peduli terhadap kesehatan mental.
Kesehatan mental berdampak pada kesehatan fisik, sosial, dan ekonomi individu dan masyarakat di seluruh dunia. Lebih dari tiga perempat orang yang menderita penyakit mental tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs), dimana banyak dari mereka tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas. Faktanya, lebih dari 75% orang dengan gangguan kesehatan mental di negara-negara berkembang, tidak menerima perawatan sama sekali.
Selama lebih dari 60 tahun, Johnson & Johnson telah berdedikasi untuk meningkatkan hasil bagi mereka yang menderita penyakit mental. Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi setiap individu untuk dapat menyadari kemampuan, potensi yang dimiliki, sehingga dapat produktif dan berperan dalam komunitasnya.
Saat ini dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan maraknya informasi mengenai kesehatan mental yang dapat mudah diakses melalui sosial media, dapat menjadi boomerang apabila mengarah pada perilaku self-diagnose yang justru memperburuk kondisi pasien.
Pada umumnya, gejala depresi yang banyak dialami yaitu seperti kecemasan, sedih, murung, suasana hati kosong, putus asa, gelisah, lemah, lesu, tidak dapat mengambil keputusan, dan lain sebagainya yang seringkali tidak disadari oleh pasien. Baik karena kesibukan maupun stigma di masyarakat yang mengakibatkan pasien mengabaikan kondisi kesehatan mentalnya.
Johnson & Johnson Indonesia terus berupaya meningkatkan literasi dan menghapus stigma mengenai kesehatan mental di masyarakat melalui berbagai kegiatan edukasi yang dilakukan.
"Kesehatan mental merupakan salah satu fokus utama kami. Jurnalisme, sebagai profesi yang memegang peran krusial dalam membentuk masyarakat, terkadang mengorbankan kesehatan mental para pelakunya. Jurnalis, yang sering kali berada di garis depan peristiwa traumatis seperti konflik, bencana alam, dan menghadapi tekanan berlebih. Meskipun tugas mereka memerlukan ketangguhan dan ketahanan, kesehatan mental jurnalis sering luput dari perhatian. Padahal berita yang berkualitas dapat dihasilkan dengan baik apabila kesehatan fisik dan mental jurnalis dapat terjaga. Johnson & Johnson Indonesia berkomitmen untuk mendukung rekan-rekan media dalam menjalankan profesinya dengan baik, salah satunya melalui edukasi kesehatan mental," tandas Country Leader of Communications and Public Affairs Johnson & Johnson Pharmaceutical Indonesia, Malaysia & Philippines, Devy Yheanne.
Editor : M Mahfud