Strategi yang diterapkan oleh MAP sejalan dengan visi brand Flying Tiger Copenhagen dalam melakukan ekspansi global, yakni menawarkan konsep gaya hidup berkualitas di Indonesia, dengan pendekatan yang inovatif terhadap produk-produk ritel dan membuka pasar baru, serta memberikan pengalaman berbelanja terkini bagi para pelanggan di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, bermitra dengan Flying Tiger Copenhagen juga memperkuat inisiatif MAP dalam bidang keberlanjutan.
Sebagai pendukung United Nations Global Compact, Flying Tiger Copenhagen berkomitmen penuh untuk menjalankan bisnisnya secara etis dan bertanggung jawab, mulai dari penggunaan sumber daya, pengiriman, penyimpanan, hingga produk akhir.
Beraneka ragam barang unik, lucu, dan inovatif dengan harga terjangkau dan variatif, mulai dari alat tulis, peralatan makan dan minum, perlengkapan traveling, pesta, peralatan masak, mandi, home decor, dan masih banyak lagi lainnya. Foto: Novi
Melengkapi inisiatifnya dalam bidang lingkungan, Flying Tiger Copenhagen selalu memastikan bahwa pengembangan produknya berasal dari material hasil ekonomi sirkular dan tidak ada material yang terbuang dalam proses produksi.
Flying Tiger Copenhagen sendiri didirikan oleh pasangan suami isteri, Lennart Lajboschitz dan Suz Lajboschitz yang awalnya menjual payung di pasar loak di Denmark.
Pada tahun 1988, Lennart dan Suz pun membuka toko pertama mereka di lingkungan lokal Copenhagen. Toko yang mereka beri nama Zebra ini, menjual payung, kacamata hitam, kaus kaki, dan barang lainnya.
Hingga akhirnya toko pertama bernama Tiger dibuka di Copenhagen pada tahun 1995, dan seluruh barang yang ada di dalamnya, dijual dengan harga 10 kroner Denmark.
Kata Denmark untuk koin sepuluh kroner diucapkan “tee’-yuh”, yang terdengar seperti kata Denmark untuk harimau.
Maka muncullah nama Flying Tiger Copenhagen untuk toko mereka yang sudah memiliki lebih dari 880 gerai di berbagai negara diantaranya; Inggris, Italia, Spanyol, Korea, Jepang, dan kini ada tiga gerai di Indonesia.
Editor : M Mahfud