DEPOK, iNewsDepok.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan para ahli epidemiologi telah melakukan prediksi bahwa jumlah kasus cacar monyet, atau monkeypox, di Indonesia bisa mencapai sekitar 3.600 kasus. Varian cacar monyet yang ada di Indonesia termasuk varian ringan.
"Prediksi kami, bersama para ahli epidemiologi, membandingkan tingkat penyebaran dengan yang terjadi di Inggris. Kami memperkirakan bahwa dengan populasi kunci yang ada, jumlah kasus bisa mencapai 3.600 orang," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta pada Jumat, 27 Oktober 2023.
Maxi menjelaskan bahwa jumlah perkiraan ini dapat bertambah jika upaya intervensi dan edukasi tidak berjalan dengan baik.
"Perilaku hidup bersih dan sehat adalah yang paling penting. Selain itu, penting juga untuk tidak berhubungan seksual jika seseorang memiliki gejala dan jika terjadi hubungan seksual, pastikan itu dilakukan dengan aman," ungkap Maxi.
Ia juga menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus yang terjadi tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pandemi COVID-19 yang membuat perjalanan antar-negara sangat terbatas.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, penularan lokal yang terjadi tahun ini berasal dari beberapa kasus yang tertular setelah melakukan perjalanan ke luar negeri.
Maxi menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pelacakan kronologis bagaimana kasus cacar monyet dapat masuk ke Indonesia.
"Kami telah mencoba memahami kronologinya, siapa yang pertama kali terinfeksi. Salah satu kasus probable yang kami identifikasi sejak Agustus sudah menunjukkan gejala, tetapi dia tidak mengambil sampel dan sulit untuk melacaknya karena sering bepergian ke luar negeri," ungkapnya.
Maxi menjelaskan bahwa varian cacar monyet yang ada di Indonesia termasuk varian yang ringan dan tidak memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Namun, Kemenkes telah menyediakan 1.000 dosis vaksin yang akan diberikan kepada sasaran, dengan setiap orang menerima dua dosis.
Kementerian Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan ASEAN untuk mendapatkan tambahan 2.000 dosis vaksin. Maxi mengatakan bahwa keterbukaan kelompok LSL (laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki) terhadap petugas kesehatan sangat penting untuk melacak kasus ini dengan lebih baik dan memastikan penanganan cacar monyet berjalan maksimal.
"Setidaknya, kita memerlukan keterbukaan dengan petugas kesehatan agar penanganannya bisa lebih cepat. Dengan begitu, jumlah kasus tidak akan bertambah banyak," kata Maxi Rein Rondonuwu.
Maxi juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 14 kasus aktif cacar monyet di Indonesia. Selain kasus yang terkonfirmasi, terdapat juga 17 kasus yang dinyatakan negatif, dua kasus probable, serta sembilan kasus suspek.
"Kasus probable artinya ada kontak dengan penderita, tetapi sampel laboratorium belum diambil. Sedangkan kasus suspek adalah mereka yang memiliki gejala serupa, sudah diambil sampel, dan kami masih menunggu hasil laboratorium pada sore atau malam ini," katanya.
Maxi juga memberikan karakteristik dari keempat belas kasus yang telah terkonfirmasi mengidap cacar monyet. Dari jumlah tersebut, sembilan orang berusia 25-29 tahun atau sekitar 64 persen, sementara sisanya berusia 30-39 tahun. Semua korban adalah laki-laki yang tertular dan/atau menularkan melalui kontak seksual.
"Semuanya mengalami gejala, yang paling umum adalah lesi kulit, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, kesulitan menelan, nyeri otot, dan menggigil," tambahnya.
Editor : M. Syaiful Amri