get app
inews
Aa Read Next : Teguh Onoh Caleg Perindo Dapil BCL Usung Perubahan untuk Pacu Kemajuan Kota Depok

Permukaan Air Laut Naik Lebih dari 9 cm Akibat Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Rabu, 18 Oktober 2023 | 08:15 WIB
header img
Permukaan air laut meningkat 9 cm hanya dalam 30 tahun, dari 1993 hingga 2023 akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Foto : Ist

DEPOK, iNewsDepok.id - Permukaan air laut dunia telah naik lebih dari 9 sentimeter (cm) karena perubahan iklim. Kenaikan permukaan air laut ini terjadi hanya dalam jangka waktu 30 tahun, dari 1993 hingga 2023. Hal ini dianimasikan oleh badan antariksa AS, National Aeronautics and Space Administration (NASA), melalui animasi yang dirilis di website-nya. 

Dilansir dari unggahan akun instagram @pandemictalks, Science Alert menyebutkan, pemanasan global dan perubahan iklim saat ini sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir di seluruh dunia. Jutaan orang lain juga diperkirakan akan terkena dampak kenaikan air laut yang akan membuat garis pantai semakin meninggi, kecuali jika emisi dikurangi secara drastis hingga nol.

Penyebab perubahan permukaan laut tidak hanya terbatas pada perubahan iklim saja. Diketahui bahwa permukaan laut rata-rata telah berulang kali mengalami fluktuasi besar akibat pergantian periode glasial dan interglasial selama beberapa ratus ribu tahun terakhir pada masa Holosen. Fluktuasi rata-rata permukaan laut ini mencapai sekitar 120 meter (m). Ada juga fluktuasi jangka pendek pada permukaan laut, seperti pasang surut, gelombang, dan tsunami. 

Diketahui lautan berperan menyerap 90 persen panas matahari yang jatuh ke bumi. Bagian permukaan laut, dengan kedalaman beberapa meter, menyimpan panas sebanyak seluruh atmosfer bumi.

Saat laut menghangat, airnya menuai dan membuat permukaan air laut lebih tinggi. Permukaan air laut akan semakin tinggi karena mencairnya lapisan es di kutub dan gelombang badai. 

"Dengan menyerap semua panas ini, lautan meninabobokan manusia ke dalam rasa aman palsu bahwa perjalanan iklim berjalan lambat," ujar Matthew England, seorang ahli kelautan dan ilmuwan iklim di University of New South Wales, Sydney, kepada The Guardian.

Editor : Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut