Ternyata, orang-orang lebih tertarik pada ‘rumah paku’ yang terisolasi di tengah jalan layang daripada terowongan canggih dan ketahanan 3 penghuninya yang tersisa, yang menjadi berita.
Pada tahun 2017, artikel yang dimuat That’s Mags, mengulas mengenai satu-satunya penghuni gedung apartemen 8 lantai yang tersisa Guo Zhiming dan saudara laki-lakinya, yang menolak dipindah dari rumah 30 meter persegi, meskipun hampir tidak ada peluang untuk mendapatkan kompensasi dari pengembang setelah konstruksi jalan layang yang melingkarinya.
Saat itu Apartemen Guo masih dialiri air dan listrik, serta memiliki halte dan supermarket yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
“Sebagian besar penduduk menerima sekitar RMB400.000 pada tahun 2011, yang pada saat itu cukup bagi mereka untuk membeli apartemen bekas. Jadi sebagian besar mengambil uang itu untuk membeli rumah lain,” kata Guo kepada Southern Metropolis Daily.
Di samping Nomor 28 di Yongxing Jie, terdapat juga ‘rumah paku’ lainnya di China yang berlokasi di tengah-tengah jalan raya yang sibuk. Ada juga rumah terkenal milik keluarga Zammit di Sydney, Australia.
Adapun istilah ‘rumah paku’ atau ‘dingzihu’ berasal dari China, untuk menggambarkan rumah yang berdiri di tengah-tengah daerah yang dihancurkan dan pemiliknya menentang penggusuran yang diperintahkan negara.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani