Indonesia tercatat sebagai produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen kedelai diolah menjadi tempe, 40 persen menjadi tahu, dan 1 persen produk lainnya, misal tauco, kecap, dan lain-lain.
"Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 6,45 kilogram," ungkap laporan tersebut.
Tak hanya di Indonesia, tempe juga disukai banyak masyarakat dunia. Masyarakat Eropa sudah lama mengenal tempe. Tempe bisa terkenal di Eropa berkat imigran asal Indonesia yang menetap di Belanda.
Dari Belanda jugalah keberadaan tempe menyebar ke negara Eropa lain seperti Belgia hingga Jerman.
"Tempe sudah terkenal di beberapa negara Eropa sejak 1946," catat laporan itu.
Sementara di Amerika Serikat, tempe populer berkat Yap Bwee Hwa pada 1958. Yap Bwee Hwa diketahui adalah warga Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe.
Di Jepang, tempe diteliti secara ilmiah sejak 1926 dan mulai diproduksi secara komersial sekitar 1983.
Karena itu, tak heran bila Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengusulkan tempe menjadi warisan budaya dunia UNESCO. Sehingga Sandiaga berharap kesejahteraan pelaku ekonomi kuliner berbahan dasar tempe dan juga petani kedelai akan meningkat.
“Sekaligus mendeklarasikan bahwa tempe memang makanan yang lezat dan patut mendunia. Memang tempe gak ada lawan," kata Sandiaga Uno beberapa waktu lalu.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani