DEPOK, iNewsDepok.id - Inilah asal usul tempe, kuliner khas Indonesia yang perlu diketahui. Beberapa waktu lalu, kita berbangga karena kuliner khas Indonesia tempe goreng dinobatkan sebagai makanan vegan terenak di dunia.
Predikat tempe makanan vegan terenak di dunia ini diperoleh dari Taste Atlas, ensiklopedia makanan dunia. Sebagai informasi, beberapa waktu lalu Taste Atlas merilis daftar 50 best traditional vegan dishes in the world.
Berdasarkan unggahan akun Instagram @tasteatlas, tempe goreng dari Indonesia berada di peringkat keempat makanan vegan terenak di dunia, dari 50 daftar makanan vegan terenak di dunia.
Adapun posisi pertama makanan vegan terenak di dunia adalah Zeytoon Parvardeh dari Iran. Posisi selanjutnya Guacamole dari Meksiko dan selanjutnya Muhammara dari Suriah.
Masuknya tempe goreng sebagai makanan vegan terenak di dunia ini mengalahkan menu popular dunia seperti Spaghetti Aglio e Olio dari Italia, Hummus dari Timur Tengah, hingga Avocado Toast dari Amerika Serikat.
Sementara berdasarkan situs resmi Taste Atlas, tempe goreng asal Indonesia berada di peringkat kelima, setelah Mujaddara dari Irak di peringkat keempat.
Masuknya menu tempe goreng sebagai makanan vegan terenak di dunia membuktikan bahwa makanan Indonesia memang tidak ada duanya. Kabar ini pun sempat viral di Twitter, yang informasinya dilihat lebih dari 1,5 juta dan disukai 1,4 ribu netizen.
Asal Usul Tempe
Sebagaimana diketahui, tempe merupakan makanan khas Indonesia, yang juga menjadi favorit banyak orang. Tempe banyak diproduksi di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan sekitarnya.
Makanan vegan ini terbuat dari biji kedelai yang difermentasikan dengan ragi tempe. Lewat proses fermentasi tersebut biji kedelai mengurai menjadi senyawa yang lebih mudah dicerna tubuh.
Dalam mengolah tempe goreng, tempe diiris dengan ketebalan tertentu, lalu direndam dengan cairan bumbu agar ada cita rasa lezat, lalu digoreng. Tempe juga bisa digoreng dengan tepung maupun tempe mendoan.
Di samping digoreng, tempe juga bisa diolah dengan cara lain. Misalnya dibuat tumis/oseng tempe, tempe bacem, sayur tempe, tempe orek, tempe goreng kering, dan lain sebagainya.
Adapun kandungan gizi tempe tidak berbeda dengan daging sapi, sehingga tempe disebut sebagai superfood. Kandungan tempe di antaranya kalsium dan zat besi yang tinggi.
Berdasarkan laporan Badan Standardisasi Nasional (BSN), tempe seutuhnya berasal dari Indonesia, bukan makanan yang dibawa oleh negara lain yang masuk ke Indonesia.
Tidak jelas kapan pertama kali tempe dibuat, tapi sejak beradab-adab silam, makanan tradisional ini sudah dikenal masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.
"Dalam manuskrip Centhini, ditemukan bahwa masyarakat Jawa pada abad ke-16 telah mengenal tempe," demikian berdasarkan laporan BSN, seperti dikutip iNewsDepok.id pada Kamis (4/5/2023).
Dalam manuskrip disebutkan, tempe sebagai hidangan bernama jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Asal usul kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno.
Pada masyarakat Jawa Kuno, dikenal suatu makanan berwarna putih yang terbuat dari sagu, makanan itu bernama tumpi. Makanan bernama tumpi itu dipercaya punya kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih.
Indonesia tercatat sebagai produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen kedelai diolah menjadi tempe, 40 persen menjadi tahu, dan 1 persen produk lainnya, misal tauco, kecap, dan lain-lain.
"Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 6,45 kilogram," ungkap laporan tersebut.
Tak hanya di Indonesia, tempe juga disukai banyak masyarakat dunia. Masyarakat Eropa sudah lama mengenal tempe. Tempe bisa terkenal di Eropa berkat imigran asal Indonesia yang menetap di Belanda.
Dari Belanda jugalah keberadaan tempe menyebar ke negara Eropa lain seperti Belgia hingga Jerman.
"Tempe sudah terkenal di beberapa negara Eropa sejak 1946," catat laporan itu.
Sementara di Amerika Serikat, tempe populer berkat Yap Bwee Hwa pada 1958. Yap Bwee Hwa diketahui adalah warga Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe.
Di Jepang, tempe diteliti secara ilmiah sejak 1926 dan mulai diproduksi secara komersial sekitar 1983.
Karena itu, tak heran bila Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengusulkan tempe menjadi warisan budaya dunia UNESCO. Sehingga Sandiaga berharap kesejahteraan pelaku ekonomi kuliner berbahan dasar tempe dan juga petani kedelai akan meningkat.
“Sekaligus mendeklarasikan bahwa tempe memang makanan yang lezat dan patut mendunia. Memang tempe gak ada lawan," kata Sandiaga Uno beberapa waktu lalu.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani