Beberapa bangunan di kota Diyarbakır yang mayoritas penduduknya Kurdi di tenggara negara itu juga runtuh. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang Benteng Diyarbakır dan Lanskap Budaya Taman Hevsel.
Benteng dan lanskap tersebut merupakan salah satu situs warisan sunia paling terkenal. Bahkan, di lembah Sungai Tigris, benteng ini memiliki makna sejarah yang besar karena berperan pada zaman Yunani, Romawi, Islam, dan Ottoman.
Tembok kota sepanjang 5,7 kilometer (km) tetap menjadi daya tarik wisata yang populer dan terpanjang kedua setelah Tembok Besar China.
Selain itu, arsitektur Islam Turki juga mengalami perubahan drastis akibat gempa. Salah satunya Masjid Yeni Camii di Malatya yang runtuh akibat gempa susulan pada Senin (6/2/2023) lalu dan menyebabkan kubah besar itu hancur.
Para ahli mengungkapkan, gempa besar yang melanda Turkiye menggeser lempeng tektonik yang didudukinya hingga tiga meter. Negara ini terletak di jalur patahan utama yang berbatasan dengan lempeng Anatolia, Arab, dan Eurasia sehingga rentan terhadap aktivitas seismik.
Sementara menurut ahli meteorologi, patahan sepanjang 225 km antara lempeng Anatolia dan Arab telah pecah.
Seismolog Italia, Dr. Carlo Doglioni mengatakan kepada situs berita Italy 24 bahwa akibat fenomena tersebut, Turkiye mungkin tergelincir hingga lima hingga enam meter dibandingkan dengan Suriah.
Hitungan tersebut, kata Dr. Doglioni, berdasarkan pada data awal dan informasi yang lebih akurat akan tersedia dari satelit dalam waktu dekat.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani