Di samping itu, hadist ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara' (hati-hati), ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid'ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya."(Syarah Shahih Muslim)
Sementara Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan: "Hadist di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia." (Fathul Bari).
Artinya, pergaulan merupakan cermin diri seseorang. Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin. Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya.
Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin salat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.
Allah berfirman وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduh kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. (27) Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab (ku). (28) Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an sesudah al-Qur'an itu datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak menolong manusia. (QS AL-Furqan :27-29)
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani