Perjalanan sekitar 500 meter membuat kami sedikit gerah dan haus. Hal itu juga dirasakan Christa, yang terbiasa dengan cuaca di Eropa.
Obrolan kami bertiga tidak banyak hanya sebatas perkenalan dan pandangan Christa tentang kehidupan di Indonesia. Sekitar 30 menit kami berbincang di warung kopi di tepi jalan, kita melanjutkan berwisata kuliner di sekitaran Jalan Asemka, Tamansari, Jakbar.
Kami memilih kuliner soto daging khas yang berada di sekitar Pasar Asemka. Rasa lapar rupanya terpancar dari tiap lahapnya, setelah berjalan kaki.
"Setelah makan bagaimana kalau kita melanjutkan ke Museum Kota Tua, dengan naik bajaj? Si Christa belum pernah naik bajaj," ujar Vanial yang merupakan lulusan jurusan pendidikan di Universitas Pamulang.
"Apa itu bajaj, apakah itu angkot?" tanya Christa.
Maklum saja, meski hanya hitungan seratus meter. Kami memutuskan menaiki bajaj untuk mengobati rasa penasaran Christa. Dan Vanial membantu menjelaskan perbedaan bajaj dan angkot.
Luka Masa Lalu
Setibanya di kawasan Kota Tua, Christa mulai bercerita tentang masa lalu keluarganya yang terpisah selama 89 tahun lamanya.
Kepada iNews Depok, Christa bercerita tentang kakek buyutnya yang saat itu dipindahkan secara paksa oleh pemerintahan kolonial Belanda dari Indonesia ke Suriname, dan dipekerjakan sebagai budak perkebunan milik Belanda di Suriname.
Editor : M Mahfud