JAKARTA, iNewsDepok.id - Menjelang Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November tahun ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Mahfud MD menyampaikan hal tersebut pada Kamis (3/11/2022).
"Tahun ini memberikan lima (gelar pahlawan nasional) kepada tokoh-tokoh bangsa yang telah ikut berjuang mendirikan negara Republik Indonesia melalui perjuangan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan-pembangunan sehingga kita eksis sampai sekarang sebagai negara yang berdaulat," ujar Mahfud.
Mahfud mengungkapkan Presiden bersama dewan gelar dengan tanda tanda kehormatan yang diketuai oleh Menko Polhukam memutuskan memberi gelar pahlawan nasional kepada putra-putra terbaik bangsa yang telah wafat karena jasa-jasanya bagi bangsa dan negara nanti akan diserahkan pada tanggal 7 November di Istana Negara melalui upacara resmi yang dipimpin oleh Presiden.
Berikut 5 tokoh yang mendapatkan gelar pahlawan nasional pada tahun ini:
- Dr. dr. H.R Soeharto dari Jawa Tengah
Pemerintah akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada almarhum Dr. dr. H.R Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter yang merawat dan mendampingi Presiden Soekarno dan para pejuang bangsa di BPUPKI.
Soeharto dinilai telah berjuang bersama Presiden Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah kemerdekaan, almarhum Soeharto ikut serta dalam pembangunan sejumlah infrastruktur di Tanah Air.
"Ikut pembangunan syariah dan pembangunan Monumen Nasional serta Masjid Istiqlal dan pembangunan Rumah Sakit Jakarta serta salah seorang pendiri berdirinya IDI (Ikatan Dokter Indonesia)," kata Mahfud.
Soeharto juga ikut Presiden Soekarno, Radjiman, dan M Hatta untuk memastikan kemerdekaan Republik Indonesia di Dalat dan berjuang di lapangan memberikan pengobatan terhadap para pejuang yang jatuh atau menjadi sakit dan cacat di dalam perjuangan melawan Belanda dan Jepang.
- KGPAA Paku Alam VIII
Gelar pahlawan nasional juga diberikan kepada almarhum KGPAA Paku Alam VIII yang merupakan Raja Paku Alam dari tahun 1937-1989. Dia merupakan seorang raja bersama Sultan Hamengkubuwono ke IX yang dulu menjadi penguasa Jogja dan Pakualaman sebagai daerah otonomi khusus dari kerajaan Belanda.
Beberapa jasa yang telah diberikan almarhum KGPAA Paku Alam VIII antara lain bersama Sultan Hamengkubowono IX dari Keraton Yogyakarta mengintegrasikan diri pada awal kemerdekaan Republik Indonesia sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi utuh hingga saat ini.
"Sehari sesudah (kemerdekaan) itu beliau menyatakan bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kemudian Yogyakarta menjadi ibu kota yang kedua dari Republik Indonesia ketika terjadi agresi Belanda pada tahun 1946," ucap Mahfud.
- dr. Raden Rubini Natawisastra
Selanjutnya gelar pahlawan nasional diberikan kepada almarhum dr. Raden Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat.
Dia merupakan tokoh yang memberikan pelayanan pengobatan bagi para pejuang selama bergerilya di hutan. Raden Rubini Natawisastra telah menjalankan misi kemanusiaan sebagai dokter keliling pada saat kemerdekaan.
"Bahkan beliau dan istrinya dibunuh pada jaman penjajahan Jepang sehingga Presiden menganggap ini layak untuk dijadikan Pahlawan Nasional," jelasnya.
- H. Salahuddin bin Talibuddin
Almarhum H. Salahuddin bin Talibuddin dari Maluku Utara juga mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional tahun ini.
"Dan Presiden menganggap bahwa di Maluku Utara ada lagi nama yang pantas diberikan gelar pahlawan," ujarnya.
Salahuddin adalah tokoh yang meneriakkan perjuangan kemerdekaan untuk Republik Indonesia. Selama 32 tahun, Salahuddin bin Talibuddin dinilai telah berjuang dan ikut membangun Indonesia berdasarkan Pancasila.
"Beliau pernah dibuang ke Boven Digul tahun 1942 dan juga dibuang ke Sawahlunto tahun 1918-1923," kata Mahfud.
- K.H. Ahmad Sanusi
Gelar pahlawan nasional juga diberikan kepada almarhum KH Ahmad Sanusi dari Sukabumi, Jawa Barat. Ahmad Sanusi merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang belum mendapat gelar pahlawan nasional.
KH. Ahmad Sanusi seangkatan dengan Bung Karno dan Bung Hatta, KH Wahid Hasyim, KH Kahar Muzakir, Ki Bagus Hadi Kusumo yang semuanya sudah menjadi pahlawan nasional.
KH Ahmad Sanusi aktif merumuskan dasar negara kita dasar negara Pancasila. Dia salah seorang yang mendorong kompromi dibentuknya negara di mana agama itu tidak dibentuk menjadi negara agama tapi bukan juga negara sekuler melainkan negara kebangsaan yang berketuhanan dan itu nama ideologinya Pancasila.
"Dari semula ada sisi kanan ingin menjadikan negara Islam, sisi kiri menjadikan negara sekuler, kemudian diambil jalan tengah lahirlah ideologi Pancasila sesudah menyetujui pencoretan tujuh kata di Piagam Jakarta," ujar Mahfud.
Mahfud menjelaskan alasan penganugerahan tidak di tanggal 10 November 2022 melainkan maju menjadi tanggal 7 November. Pasalnya, Presiden Jokowi harus menghadiri KTT ASEAN di Kamboja dan berangkat pada tanggal 8 November 2022.
"Waktu penyerahan akan disampaikan oleh Presiden di Istana Negara pada 7 November karena kalau tahun lalu dilaksanakan persis pada hari pahlawan sesudah dari Kalibata upacara biasanya ke Istana Negara mengumpulkan keluarga dan Pemda ybs tapi kali ini Presiden mengambil 7 November seperti dulu 2018 karena Presiden tanggal 10 akan hadir ke KTT ASEAN di Kamboja. Presiden harus hadir untuk menerima tongkat ketetuaan secara bergilir. Tanggal 8 November sudah berangkat sehingga tanggal 7 November itu penyerahannya," ujar Mahfud.
Mahfud mengimbau kepada daerah-daerah yang merupakan asal dari para tokoh penerima gelar pahlawan nasional untuk mempersiapkan diri hadir pada peringatan Hari Pahlawan 10 November. Rencananya acara tersebut akan digelar pada Senin (7/11/2022) di Istana Negara Jakarta.
"Kami sarankan kepada daerah-daerah tadi yang sudah mempunyai usul-usul dan disetujui oleh pemerintah supaya segera menyiapkan diri untuk hadir dan melakukan penyambutan-penyambutan, baik upacara adat, upacara daerah, atau apapun yang bisa dilakukan untuk menyongsong anugerah ini," katanya.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani