Unit-unit replika yang telah Dion ciptakan, banyak dilakukan secara manual. Mulai dari memotong kayunya, memilih bahan bakunya dan lain sebagainya. Hal itu yang diakui Dion sebagai kendala, karena dia mengaku tidak memiliki keahlian di bidang itu.
"Itu kendala kita, mulai dari memotong kayu bahan dasar masih manual. Apalagi kita tidak ada latar belakang paham dalam bidang tersebut," ujarnya.
Namun dengan ketekunannya selama sembilan tahun, Dion mengaku telah membuat belasan model replika senjata.
Bicara bahan dasar pembuatan, Dion memanfaatkan limbah-limbah kayu yang sudah tidak digunakan. Tak jarang, dirinya berburu kayu hingga ke kuli bangunan yang sedang merenovasi rumah. Meskipun demikian, ia tetap memilih kayu yang masih solid dan kuat.
"Pembuatan kita memanfaatkan kayu-kayu bekas. Tinggal kita cari yang masih bagus dan kuat," kata Dion.
Dalam pembuatannya, Dion tidak sendiri. Ia dibantu beberapa rekan sehobinya. Salah satunya Vincentius Rendy, mahasiswa semester tujuh di salah satu kampus swasta di daerah Depok, Jawa Barat.
Rendy mengaku, ia membantu membuat replika ini karena latar belakang ketertarikan pada sejarah. Selain itu, ini menjadi cerita kenangan Rendy untuk mengingat masa kecilnya yang menyukai bermain perang-perangan.
"Rasa baru kemarin jaman masih kecil main tembak-tembakan. Untuk sekarang bermain lagi, tapi sambil reka ulang sejarah perang," kata Rendy.
Editor : M Mahfud