Kelahiran Sunan Giri dan Kisah Penyebaran Islam di Banyuwangi pada Abad 15

Avirista Midaada
Para peziarah saat keluar dari area Makam Sunan Giri, Gresik. (Foto: Sindonews/Ashadi Iksan)

BANYUWANGI, iNews Depok.id - Syeikh Maulana Ishak merupakan ayah dari Sunan Giri dengan ibu Dewi Sekardadu. Sunan Giri lahir pada tahun 1442 H. Saat kecil Sunan Giri dikenal dengan nama Raden Paku atau Joko Samudro.

Pernikahan Syekh Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu adalah kisah penyebaran Islam di Banyuwangi. Saat itu Banyuwangi atau Blambangan masih didominasi agama Hindu dan Budha. 

Kisah Islamisasi Banyuwangi adalah sebagai berikut. Syeikh Maulana mendapat tugas dakwah Islam dari Sunan Ampel ke Blambangan. Keduanya merupakan saudara sepupu dan telah bersahabat sejak lama.  

Hal ini yang membuat Maulana Ishak menerima permintaan Sunan Ampel untuk menyebarkan Islam di Blambangan. Dikisahkan pada buku "Sunan Giri" tulisan Umar Hasyim, bumi Blambangan masih dihuni penduduk mayoritas Hindu dan Buddha yang begitu kental.  

Sesampainya di Blambangan, Maulana Ishak yang mengetahui beratnya memulai menyebarkan Islam kemudian berdoa dan bertafakur kepada Allah SWT di sebuah tempat. 

Tempat itu konon kini diberi nama Gunung Selangu. Disitulah ayah dari Sunan Giri memanjatkan doa dan meminta petunjuk agar masyarakat bumi Blambangan bisa memeluk agama Islam. 

Tak berselang lama, daerah Blambangan sempat diserang wabah penyakit atau pagebluk dan bahaya kelaparan.  Konon banyak rakyat Blambangan yang akhirnya mati kelaparan atau mati terserang penyakit misterius. 

Penderitaan cukup lama berlarut-larut sehingga tidak dapat dikendalikan. Bahkan penyakit itu juga menyerang pejabat istana dan keluarga Kerajaan Blambangan.  

Sang putri Raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu pun terserang penyakit ganas yang belum ditemukan obatnya itu. Hal ini membuat sang ayah Prabu Menak Sembuyu mencari segala cara mengobati putri kesayangannya.  

Tetapi usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali. Segala dukun dan ahli-ahli pengobatan yang didatangkan ke istana Blambangan tak mampu mengobati Dewi Sekardadu. Karena sudah panik dan bingung, Sang Raja Blambangan ini mengumumkan sebuah sayembara kepada seluruh rakyatnya.  

Siapa yang bisa menyembuhkan penyakit putrinya bila laki-laki akan dijadikan menantunya dan suami dari Dewi Sekardadu. Bahkan hal itu masih ditambah diangkat menjadi raja muda di Blambangan.

Tetapi bila yang bisa mengobati perempuan, maka akan dijadikan saudara tersayang dari Dewi Sekardadu. Sayembara itu tersebar ke seluruh negeri Blambangan, tetapi tak seorang pun yang bisa mengikuti sayembara tersebut.  

Di sisi lain Sang Raja Blambangan mendengar ada seorang pertapa di Gunung Selangu yang konon terkenal sakti. 

Sang raja kemudian mengutus patihnya Bajulsengara untuk berangkat menemui pria yang dimaksud adalah Syeikh Maulana Ishak, ayah Sunan Giri di lereng Gunung Selangu. 

Sang patih menyampaikan pesan kepada Maulana Ishak bahwa sang raja meminta pertolongan untuk mengobati putrinya Dewi Sekardadu.  

Berhari-hari Patih Bajulsengara keluar masuk hutan, naik turun lembah dan bukit, tetapi belum juga bertemu dengan sang pertapa itu. Hingga suatu malam patih Bajulsengara melihat sinar yang terang dari kejauhan di puncak sebuah bukit di atas Gunung Selangu.  

Susah payah Bajulsengara mencapai sumber cahaya itu. Namun saat sampai ke bukit dan dekat dengan sinar cahaya tersebut, tiba-tiba sinarnya menghilang. Tetapi di tempat itu Bajulsengara melihat ada seorang laki-laki tengah sujud di atas sajadah. Pakaiannya serba putih, dan setelah bangun dari sujud, orang itu pun duduk dengan kekhusyukan bertafakur.  

Sang patih lantas menemui pria itu, dia menyampaikan perihal pesan dari Raja Blambangan untuk meminta tolong kepada Maulana Ishak menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu. 

Maulana Ishak pun menyanggupi permintaan Patih Bajulsengara, namun dengan melampirkan satu syarat bila berhasil, yakni Prabu Menak Sembuyu atau Raja Blambangan harus memeluk agama islam.  

Sang patih pun lantas menyanggupi dan meneruskan permintaan itu kepada sang raja di istana Blambangan. Mendengar persyaratan Maulana Ishak Raja Blambangan itu sebenarnya keberatan harus melepaskan agama lamanya, tetapi demi rasa sayangnya kepada putrinya tawaran itu disanggupinya.

Maulana Ishak pun berusaha mengobati Dewi Sekardadu selama tiga malam. Dia menjalankan berbagai cara dengan salat sunnah dan memohon kepada Allah untuk kesembuhan Dewi Sekardadu. 

Akhirnya dengan karomahnya, Allah mengabulkan doa Maulana Ishak dan Dewi Sekardadu pun diberi kesembuhan.  

Sang raja pun senang bukan kepalang, dia lantas bersedia memeluk Islam dan Maulana Ishak diambil menjadi menantu dinikahkan dengan Dewi Sekardadu. 

Dewi Sekardadu pun menjadi seorang muslim yang baik. Maulana Ishak diangkat menjadi raja muda sesuai dengan pengumuman sayembara yang disampaikan sang raja. 

Dari sanalah akhirnya Islam mulai menyebar luas di Blambangan karena kabar sang raja dan putrinya yang telah memeluk Islam. 
 

Editor : M Mahfud

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network