JAKARTA, iNews.id - Perempuan dan anak merupakan kelompok rentan terpapar ideologi radikal terorisme. Karena itu, langkah pencegahan sejak dini perlu dilakukan. Tujuannya untuk membentengi mereka dari narasi ideologi terorisme.
Untuk tujuan tersebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjalin kerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Wujud dari kerja sama adalah Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak serta Bebas Paparan Paham Radikal Terorisme.
Kerja sama diresmikan melalui penandatangan nota kesepahaman antara BNPT dan Kemen PPPA di Jakarta, Kamis (19/4).
Kerja sama ditandatangani langsung Kepala BNPT Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, MH dan Menteri PPPA Bintang Puspayoga.
Boy Rafli mengungkapkan BNPT menemukan beberapa kasus keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme. Untuk perempuan, terdapat 14 perempuan yang terlibat aksi terorisme.
Salah satu perempuan yang terjerat dalam tindakan terorisme tersebut ialah Zakiah Aini yang melakukan penyerangan di Mabes Polri pada 3 Maret 2021 lalu.
Kasus lainnya yang cukup menggemparkan melibatkan seorang ibu dan dua anak dalam aksi teror di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro pada Mei 2018.
"Perempuan dan anak yang terlibat dalam aksi teror merupakan korban dari ideologi terorisme," kata Boy Rafli.
Menurut Boy, dunia hari ini melalui PBB masih melihat perempuan dan anak sebagai korban terorisme.
"Secara fakta memang jadi pelaku, tapi sesungguhnya perempuan dan anak adalah korban yang dilakukan oleh kaum pria dalam proses radikalisasi yang dijalankan kelompok terorisme," terang Boy Rafli.
Sementara itu Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengakui perempuan dan anak adalah kelompok yang rentan terpapar terorisme. Hal tersebut tak lepas dari budaya patriarki, persoalan ekonomi maupun akses informasi.
"Kita berharap dengan kolaborasi ini terwujud strategi penanggulangan terorisme, termasuk salah satunya dengan ikut berpartisipasi dalam program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak," kata Bintang.
Menteri PPPA mengungkapkan terdapat 142 model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak di Indonesia.
Dengan kerja sama ini, BNPT akan lebih aktif menciptakan desa-desa ramah perempuan utamanya di daerah-daerah rawan aksi teror.
"Mudah-mudahan kita bisa turun bersama, bisa mewujudkan yang namanya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak yang bebas keterpaparan dari paham radikal terorisme," tutur Bintang Puspayoga.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait