Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih mengenal, mencegah, dan merespons stroke secara tepat demi menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat stroke di Provinsi NTT.
Dukungan Yayasan Stroke Indonesia dan Kolegium Neurologi
Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.N, MARS, MH, yang hadir di acara World Stroke Day 2025 di Kupang, menyampaikan dukungan atas upaya peningkatan kepedulian terhadap stroke di wilayah Indonesia Timur. Bersamaan dengan peringatan itu juga dilantik Yayasan Stroke Indonesia Cabang NTT.
Menurutnya, stroke adalah bencana kehidupan yang membuat ‘mati kehidupan’ penderitanya. “Saat terkena stroke, pekerjaan dan kehidupan sosial otomatis putus. Dalam keluarga juga demikian, perekonomian bisa suram jika yang terkena stroke adalah tulang punggung keluarga,” ujarnya.
“Yastroki bermitra dan selaras dengan Perdosni. Kami mencermati pada penanganan stroke penting menyelaraskan penanganan dari prehospital/komunitas hingga ke rumah sakit. Dalam hal ini mestinya tidak ada celah/jeda dari masyarakat yang terkena stroke, agar penanganan lebih optimal,” ujar Dr. Tugas seraya menambahkan saat ini Yastroki memiliki 17 cabang di seluruh wilayah Indonesia, diharapkan ke depannya setiap provinsi ada perwakilan cabang.
Yastroki meyakini dengan penanganan prehospital tidak terputus sampai ke RS pada pasien stroke, peluang kesembuhan besar, dan penderita cepat pulih, bisa kembali ke masyarakat.
“Itulah alasan agar orang yang terkena stroke selekasnya dibawa ke RS, setidaknya dua jam sejak serangan harus sudah masuk rumah sakit. Stroke sumbatan jika dalam dua jam bisa ditangani di RS dengan membuka pembuluh darah (trombolisis), pasien bisa pulih lagi,” terang Dr. Tugas.
Di sisi lain, tak kalah penting adalah mencegah agar jangan sampai stroke. “Kami di Yastroki benar-benar ingin menurunkan kejadian stroke dengan pencegahan. Masyarakat perlu memahami hal ini, antara lain dengan melakukan pola hidup CERDIK seperti yang digaungkan Kemenkes, yaitu C=Cek kesehatan secara berkala, E= Enyahkan asap rokok, R= Rajin aktivitas fisik, D= Diet sehat dengan kalori seimbang, I= Istirahat cukup dan K= Kelola stres. Dan selalu ingat, stroke bisa dicegah, diobati dan dipulihkan,” tandasnya.
Di acara yang sama, Ketua Kolegium Neurologi Prof. Dr. dr. Syahrul Sp.N (K) menyampaikan, Kolegium Neurologi memiliki peran penting, yakni menjaga kualitas mutu Pusat Pendidikan Neurologi. Saat ini ada 19 Pusat Pendidikan Neurologi, satu berbasis RS, yaitu Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dan 18 berbasis Universitas.
Indonesia Timur saat ini menjadi fokus pemerataan dokter spesialis neurologi. Dia mengakui neurolog di Indonesia Timur, termasuk NTT, masih kurang. “Sekarang neurolog NTT ada 22 orang. Agar persebaran dan rasionya merata, masih butuh 77 neurolog lagi. Kita berharap putra daerah yang menjalani PPDS Neurologi bisa kembali ke NTT dan menetap di sana,” ujar Prof Syahrul.
“Mudah-mudahan dokter umum di NTT bisa mengikuti PPDS 8 semester, kemudian kembali ke NTT. Hal ini bisa terwujud jika ada dukungan dari Pemprov/Pemkab. Dengan demikian diharapkan sumber daya NTT bisa meningkat secara kuantitas dan kualitas,” imbuhnya.
Prof Syahrul juga mendorong adanya dokter spesialis neurologi neurointervensi yang memiliki subspesialisasi dalam prosedur medis minimal invasif untuk mendiagnosis dan mengobati gangguan pada sistem saraf pusat, seperti stroke dan aneurisma.
Neurointervensi berfokus pada penanganan di otak dan sumsum tulang belakang, terutama yang melibatkan pembuluh darah, menggunakan teknik seperti kateterisasi, embolisasi, atau trombektomi.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait
