"Masyarakat khawatir ini menjadi salah satu bentuk penyesatan dan praktik perdukunan yang membuat mereka resah dan gaduh, sehingga mereka merasa perlu untuk memusnahkannya," imbuhnya.
Sementara itu, Babinsa Citepus, Peltu Amad, yang berada di lokasi kejadian, menyatakan bahwa pihak TNI telah berupaya meredam kemarahan warga yang sudah meluap emosinya. Meskipun situasi sempat memanas, Amad mengungkapkan rasa syukurnya karena warga akhirnya bisa ditenangkan.
"Iya, kita syukur alhamdulillah warga intinya bisa diredam," ujar Peltu Amad.
Firman Nirwana Boestomi, Ketua Kasepuhan Adat Padjajaran Anyar, sebelumnya telah mendapatkan informasi dari warga mengenai keberadaan makam-makam palsu tersebut. Namun, warga awalnya enggan bertindak tanpa dukungan dari pihak yang berwenang.
"Sebetulnya ada informasi dari warga, tetapi mereka tidak berani. Ketika mereka menelepon saya, saya memberanikan diri untuk ke lokasi ini kemarin," ungkap Firman.
Firman menambahkan bahwa jumlah makam buatan yang ditemukan mencapai lebih dari 40. Kekhawatiran utama warga adalah kemungkinan adanya penyimpangan, seperti praktik perdukunan atau penipuan terkait harta karun, yang dapat menyesatkan masyarakat.
"Kami khawatir ada penyimpangan-penyimpangan, seperti penipuan dengan dalih uang gaib atau harta karun. Oleh karena itu, warga akhirnya memutuskan untuk melakukan pembongkaran," tegas Firman.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait