Alumni Ponpes Al-Muta'allimin Se-Jabotabek Gelar Silaturrahmi: Peran dan Fungsi Santri di Masyarakat
Dalam sambutannya, H Hudori mengatakan, bangga menjadi alumni Ponpes Al-Muta'allimin. Dia bercerita, ketika melanjutkan studi ke Amerika Serikat, ilmu yang didapat dari Ponpes Al-Muta'allimin sangat berarti.
"Waktu studi di Amerika Serikat, saya ikut pengajian WNI di sana. Setelah seluruh peserta bergaintian mengaji, tiba giliran saya. Begitu saya mengaji, peserta pengajian termasuk ustadnya bilang, kok dia bacanya bagus banget, semuanya lancar dan benar. Anak Betawi, pasti jago ngaji, kata mereka. Saya bilang, tidak, ini karena saya alumni Ponpes Al-Muta'allimin. Saya bangga menjadi alumni Ponpes Al-Muta'allimin, kita semua tentu bangga menjadi alumni Al-Muta'allimin," tuturnya.
H Hudori menambahkan, alumni Ponpes Al-Muta'Allimin harus punya peran dan fungsi di masyarakat. "Sekecil apapun harus bisa memberikan ilmu yang didapat dari Al'Muta'allimin kepada masyarakat," pungkasnya.
Acara ini juga dihadiri dua putri pendiri Ponpes Al-Muta'allimin KH Zainuddin Abrori, yakni Ustazah Ning Lubna dan Ustazah Ning Bulgis.
Ponpes Al-Muta'allimin didirikan KH Zainuddin bin Abrori, ulama kharismatik asal Pekalongan bersama sang istri Hj Hidayah binti Soleh bin Ali bin Yahyah pada tahun 1969 di Kampung Pluis, Kemandoran, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Sejak berdiri tahun 1969 hingga sekarang, Ponpes Al-Muta'allimin bertahan dengan sistem salaf yang mengajarkan kitab kuning. Arus modernisasi Jakarta, tidak membuat Ponpes Al-Muta'allimin luntur mempertahankan sistem salaf dengan belajar kitab kuning.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait